Bab 29 Pernikahan Yang Tak Dianggap
Novel berjudul Pernikahan Yang Tak Dianggap adalah sebuah novel yang bergenre romantic,comedi dan fiksi banyak orang yang dibuat ketagihan untuk membaca novel ini, novel ini sangat terkenal karena jutaan orang telah membaca novel ini dan merasa puas.
Novel ini dapat membuat guncangan emosi yang kuat bagi
pembacanya, karena di setiap alur ceritanya membuat pembaca semakin ingin tau
kelanjutan dari cerita nya.
Teman – teman pasti penasaran dengan ceritanya bukan? Pada
kali ini saya akan memperkenalkan dan memberikan novel Pernikahan Yang Tak Dianggap,
Kami yakin anda pasti akan suka dengan novel ini, mari kita simak bersama novel
berikut ini.
Novel Pernikahan Yang Tak Dianggap Bab 29
Pagi kembali menyapa, cuaca hari ini sangat bagus, terlihat
jelas dari langitnya yang begitu cerah.
Viona, gadis cantik itu telah bersiap untuk berangkat kerja.
Setelah berpikir sepanjang malam, Viona memutuskan untuk berhenti dari Emerald
Group. Ia benar-benar ingin menghapus keluarga Alex dari hidupnya.
Bukan tanpa alasan Viona mengambil keputusan tersebut.
Pertama, Viona tidak ingin keluarga Alex baik padanya hanya karena darah yang
ia donorkan, dan yang kedua, Alex masih berstatus suami orang, Viona tidak
ingin dirinya dicap sebagai pelakor karena Alex terus membuntutinya. Karena
yang Viona tahu, Alex telah menceraikan dirinya.
Tidak masala jika setelah ini ia harus pusing-pusing mencari
pekerjaan baru. Viona hanya ingin hidup tenang dan jauh dari bayang-bayang keluarga
kaya itu..
![]() |
Bab 29 Pernikahan Yang Tak Dianggap |
Seperti biasa, Viona berangkat kerja menggunakan ojek
ofline. Setelah berpanas ria di jalanan, akhirnya Viona pun tiba di kantor.
Gadis itu langsung menuju ruangan Pak Suryo untuk
menyerahkan surat pengunduran dirinya.
"Kenapa kamu mau resign, Viona? Performa kamu cukup
bagus loh diperusahaan ini." Pak Suryo merasa heran setelah membaca surat
resign dari Viona
"Tidak kenapa-napa, Pak. Saya hanya ingin pulang
kampung," sahut Viona.
"Jika hanya ingin pulang kampung, kamu bisa mengajukan
cuti, Viona. Tidak perlu resign."
"Tidak, Pak. Rencananya saya akan lama di
kampung,"
"Tapi kamu masih terikat kontrak, Viona. Kamu tidak
bisa keluar begitu saja,"
Viona menepuk jidatnya tak percaya, bagaimana bisa ia
melupakan kontrak kerja itu.
"Disini tertulis jelas, masa kontrak kamu masih lima
bulan lagi," Pak Suryo membaca surat kontrak Viona. "Tapi, ada satu
cara jika kamu benar-benar ingin keluar dari disini." ucap Pak Suryo.
"Cara apa, Pak?" tanya Viona antusias.
"Temui Tuan Winston, minta beliau menandatangani surat
resign kamu"
Viona terdiam tak bisa berkata apa-apa, gadis itu keluar
dari ruangan Pak Suryo dengan wajah kecewa, haruskah ia bertemu Alex untuk
meminta tanda tangannya?
.
.
.
Jam dinding menunjukan pukul 12:00 siang hari, pertanda
semua karyawan akan berhenti sejenak untuk mengisi energi mereka.
Viona membereskan berkas kerjanya diatas meja sebelum ia
pergi makan siang. Gadis itu mengambil ponselnya lalu keluar dan hendak pergi
ke tempat makan karyawan.
"Viona" panggil seseorang. Viona pun menoleh.
"Ada tamu yang ingin bertemu dengan kamu dibawa"
ucap seseorang tersebut yang Viona kenali bertugas di bagian resepsionis.
"Aah, iya Kak. Makasih." sahut Viona. Ia pun
bergegas turun kelantai bawah. Dalam perjalanan, otak Viona bekerja keras
memikirkan siapa orang yang mau bertemu dengannya.
Viona berbalik dan hendak kembali ke lantai atas ketika
mengenali sosok yang ingin menemuinya..
"Tunggu Vio, beri mama waktu untuk bicara sebentar,"
ucap Nyonya Veronika lembut. Wanita paruh baya itulah orang yang mencari Viona.
Viona menghentikan langkahnya, sesakit apapun hatinya, ia
masih menjunjung tinggi norma kesopanan. Terlebih lagi lawan bicaranya adalah
orang yang lebih tua darinya.
"Bicaralah Nyonya, saya tidak punya banyak waktu."
ucap Viona datar.
"Mama akan bicara, tapi kita duduk dulu, ya,"
Nyonya Veronika menuntun Viona di sofa.
"Mama tau kamu tidak punya banyak waktu istirahat. Jadi
mama bawakan makan siang untukmu, kita bicara sambil makan, ya." Nyonya
Veronika mulai membuka rantang nasi yang ia bawa. Wanita tua itu mulai
mengambil nasi dan beberapa lauk.
"Ayo makan," Nyonya Veronika menggeser makanan
kedepan Viona.
Viona bergeming, tak menyentuh makanan itu sedikit pun.
Nyonya Veronika yang tadinya bersemangat pun langsung meletakan sendoknya.
"Mama tau selama ini mama telah salah menilaimu, mata
hati mama tertutup hingga tidak bisa melihat ketulusanmu," ucap Nyonya
Veronika tulus. "Maafkan mama dan semua keluarga mama, beri kami
kesempatan untuk memperbaiki semuanya" Nyonya Veronika terlihat sedih
hingga meneteskan air mata.
Bukan hanya ingin memperbaiki semuanya dengan Viona, wanita
paruh baya itu juga ingin menebus
kesalahannya pada mendiang Kakek Volcan. Mengingat dirinya sering berdebat
dengan sang ayah karena Viona. Kini ia baru menyadari mengapa ayahnya sangat
baik pada Viona.
"Tidak ada yang perlu diperbaiki, Nyonya. Maaf
sebelumnya, tanpa mengurangi rasa hormat saya pada Nyonya, saya harus katakan
ini. Pertama, Nyonya tidak perlu meminta maaf, karena saya sudah memaafkan jauh
sebelum Nyonya meminta maaf. Bahkan saya sudah melupakan semua kejadian itu.
Kedua, Nyonya tidak perlu merasa bersalah apalagi berhutang budi, karena saya telah mendapatkan bayaran saya
atas semua itu." Jelas Viona. "Maaf, tapi saya harus pergi sekarang.
Waktu saya tidak banyak" pamit Viona.
"Tunggu Vio, setidaknya bawa makanan ini" cegat
Veronika menghentikan langkah Viona.
Melihat Viona yang tidak bergerak, Nyonya Veronika
cepat-cepat menyusun kembali rantang dan memberikannya pada Viona.
"Terima Kasih," ucap Viona. Gadis itu langsung
melangkah pergi. Pikir Viona, tak ada salahnya menerima makanan itu, toh
setelah ini Nyonya kaya itu tidak akan menemuinya lagi.
Veronika tersenyum senang, saat Viona menerima rantangnya……..(Bersambung)
Penutup
Bagaimana? apakah anda penasaran dengan kelanjutan
ceritanya? Pasti nya ketagihan dong, baiklah mari kita lanjut membaca ke bab
selanjut nya yaitu Bab 30 Novel Pernikahan Yang Tak Dianggap
Posting Komentar untuk "Bab 29 Pernikahan Yang Tak Dianggap "