Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Bab 107 Pernikahan Yang Tak Dianggap

Novel berjudul Pernikahan Yang Tak Dianggap adalah sebuah novel yang bergenre romantic,comedi dan fiksi banyak orang yang dibuat ketagihan untuk membaca novel ini, novel ini sangat terkenal karena jutaan orang telah membaca novel ini dan merasa puas.

Novel ini dapat membuat guncangan emosi yang kuat bagi pembacanya, karena di setiap alur ceritanya membuat pembaca semakin ingin tau kelanjutan dari cerita nya.

Teman – teman pasti penasaran dengan ceritanya bukan? Pada kali ini saya akan memperkenalkan dan memberikan novel Pernikahan Yang Tak Dianggap, Kami yakin anda pasti akan suka dengan novel ini, mari kita simak bersama novel berikut ini.

Novel Pernikahan Yang Tak Dianggap Bab 107

Setelah kepergian nenek, Kinara melepas jaketnya lalu mengajak David menuju salah satu kamar di dalam rumah itu.

Kinara membuka pintu kamar dan melangkah masuk.

David mengerutkan dahinya saat melihat banyak sekali anak-anak yang tertidur di kamar itu. Walau anak-anak itu didalam kelambu, David yakin jumlah mereka lumayan banyak.

Anak -anak siapa ini? batin David bertanya.

Bab 107 Pernikahan Yang Tak Dianggap 

Diatas dipan sederhana yang hanya dialasi kardus dan tikar plastik, anak-anak itu tertidur sangat pulas.

David memperhatikan Kinara yang membuka klambu dan membenarkan posisi tidur anak-anak itu bahkan menutup mereka dengan sarung masing-masing.

Setelah memastikan anak-anak itu tidur dengan baik, Kinara kembali mendekat pada David. "Mereka semua anak-anakku, anak-anak yang harus aku biayai setiap bulannya" Selesai berbicara Kinara langsung berjalan keluar kamar dan diikuti David dari belakang.

"Bukan hanya ini, di kamar yang itu juga ada lagi lima orang anak cewe." Kinara menunjuk pada kamar di samping. "Jumlah semua anak-anakku ada  lima belas orang. Apa Anda sanggup menafkahi mereka semua setiap bulannya, Tuan David?" tanya Kinara. Tanpa menunggu jawaban dari David, Kinara lagi-lagi meninggalkan David dan pergi ke raung tamu.

"Kau belum menjelaskan semuanya padaku, bagaimana bisa aku menyanggupi semuanya" sahut David sambil mendudukan pantatnya pada sebuah kursi tunggal di samping Kinara.

Di ruang tamu itu, hanya tersedia satu meja kecil dan empat buah kursi kayu.

"Pakai ini dulu sebelum mendengar ceritaku, Tuan." ucap Kinara sambil menyerahkan satu saset autan pada David.

Sama halnya seperti di rumah Kinara, di rumah nenek itu juga banyak sekali nyamuk yang berkeliaran mencari mangsa.

"Apa ini?" tanya David.

"Pakai saja jika tidak ingin digigit nyamuk." sahut Kinara sambil mengoleskan autan pada bagian tubuhnya yang tidak tertutup baju.

David tidak melakukan seperti yang diucapkan Kinara, pria itu mala membaca tulisan yang ada di kulit autan.

"Kelamaan, sini biar aku saja yang oleskan" Kinara berdiri lalu mengambil autan dari tangan David.

David tersenyum sambil memperhatikan wajah Kinara, dalam hatinya, David berterima kasih pada autan, karena gara-gara autanlah Kinara mau menyentuhnya.

"Ini tidak akan membahayakan kulitmu, Om. ini diproduksi khusus untuk anti nyamuk dan aman untuk semua jenis kulit" Kinara membuka autan dan mulai oleskannya pada kedua tangan David.

Bukan hanya tangan, Kinara juga mengoles pada tengkung, belakang telinga dan bagian leher David.

Kinara tidak sadar bahwa, bagian yang ia sentuh adalah area-area sensitif yang bisa membangkitkan gairah seorang pria normal seperti David. Apalagi dengan posisinya berdiri tepat di depan David.

"Kau sengaja ingin menggodaku, gadis kecil?" tanya David. Posisi wajahnya berhadapan tepat dengan dua gunung kembar Kinara.

Kinara tersadar dan hendak menjauhkan badannya. Namun, sayangnya, Kinara  kala cepat dari David. Tangan pria itu telah menarik pinggangnya hingga membuat Kinara jatuh tedi dipangkaun David.

"Mau ngapain, Om." tanya Kinara. Dengan kedua tangan menyilang pada dadanya.

David merasa gemas melihat tingkah gadis itu. "Aku hanya ingin membantu meringankan kerjaanmu." sahut David santai. "Lanjutkan oles obatnya" ucap David sambil menunjuk pada tengkuknya.

"Sudah semua, singkirkan tanganmu, Om. Saya mau berdiri" ucap Kinara.

Bukan melepasnya, David mala semakin mengeratkan tangannya yang berlingkar pada perut Kinara. "Bagaimana kalau kita bercerita dengan posisi seperti ini saja?" usul David.

"Jangan Gila, Om. Lepasin nggak? Atau mau aku teriakin nenek?" ancam Kinara dan David langsung melepas pelukannya.

Kinara pun kembali duduk dan mulai menceritakan kisah hidupnya.…..(Bersambung)

Penutup

Bagaimana? apakah anda penasaran dengan kelanjutan ceritanya? Pasti nya ketagihan dong, baiklah mari kita lanjut membaca ke bab selanjut nya yaitu Bab 108 Novel Pernikahan Yang Tak Dianggap

Posting Komentar untuk "Bab 107 Pernikahan Yang Tak Dianggap "