Bab 122 Pernikahan Yang Tak Dianggap
Novel berjudul Pernikahan Yang Tak Dianggap adalah sebuah novel yang bergenre romantic, banyak orang yang dibuat ketagihan untuk membaca novel ini, novel ini sangat terkenal karena jutaan orang telah membaca novel ini dan merasa puas.
Novel ini dapat membuat guncangan emosi yang kuat bagi
pembacanya, karena di setiap alur ceritanya membuat pembaca semakin ingin tau
kelanjutan dari cerita nya.
Teman – teman pasti penasaran dengan ceritanya bukan? Pada
kali ini saya akan memperkenalkan dan memberikan novel Pernikahan Yang Tak Dianggap,
Kami yakin anda pasti akan suka dengan novel ini, mari kita simak bersama novel
berikut ini.
Novel Pernikahan Yang Tak Dianggap Bab 122
Hampir satu jam menempuh perjalanan, akhirnya David pun tiba
di Cafe Sky. Setelah memarkirkan mobilnya, David melangkah masuk ke dalam Cafe.
David mengendarkan pandanganya dan melihat seorang wanita
melambaikan tangan padanya, dengan langkah pasti, David berjalan menuju wanita
tersebut yang tak lain adalah Chaira sang mantan istri.
"Kita makan dulu ya, aku sudah pesan semua makanan kesukaanmu,"
ucap Chaira saat David telah duduk di hadapannya.
David memperhatikan seisi meja yang tampak sudah dipenuhi
dengan makanan, minuman dan makanan pencuci mulut. Rupanya Chaira masih
mengingat jelas semua makanan kesukaan David sejak delapan tahun lalu
"Aku tidak lapar, aku kesini mau mendengar
penjelasanmu, bukan untuk makan bersamamu." sahut David dingin.
"Ayolah, Dav. Kenapa musti kaku begitu? Kita memang
sudah lama berpisah, tapi bukan berarti kita harus jadi musuh'kan?" Chaira
berusaha mencairkan suasana.
"Aku tidak punya banyak waktu untuk basa basi aku
kesini hanya ingin mendengar penjelasanmu"
Chaira menundukan kepala mendengar perkataan David, beberapa
detik kemudian terdengar wanita itu menarik-nari sesuatu dari hidungnya. Chaira
menangis mendapatkan perlakuan tidak baik dari David.
"Maaf karena aku meninggalkanmu begitu saja, tapi aku
punya alasan yang kuat saat itu." ucap Chaira berderai air mata.
David sedikit panik melihat Chaira menangis.
"Kenapa kau menangis? ceritakan semuanya dengan jelas,
aku siap mendengarkannya." David melembutkan nada bicaranya.
Mendengar nada lembut dari David, Chaira mengangkat
kepalanya dan tersenyum tipis.
"Waktu itu aku dapat telepon perusahaan papah terancam
bangkrut dan semua asetnya akan disita. Mama memintaku segera pulang untuk
membantu papa mengurus semuanya" jelas Chaira. "Maaf, waktu itu aku
terlalu panik, aku takut papah akan benar-benar bangkrut dan aku akan hidup
dijalanan," Chaira berbicara dengan wajah sendu.
"Benar hanya karena itu?" tanya David penuh
selidik.
Chaira mengangguk pasti.
"Kenapa kau tidak menghubungiku atau mengirimkan sebuah
pesan padaku?"
"Maaf, itulah kesalahan terbesarku. Aku terlalu panik
dan takut, jadi aku fokus membantu papah sampai-sampai melupakanmu"
"Berapa lama perusahan papamu dalam masa kritis?"
"Hampir tiga bulan kami berjuang bersama, akhir
perusahaan papah bisa kembali pulih."
"Oh ya? Lalu kenapa setelah itu kau tidak berusaha
menghubungiku atau mencariku ke London?"
Chaira bungkam tidak ada kata-kata lagi untuk menjawab
pertanyaan David, wanita itu hanya mengucapkan kata maaf dan maaf lagi.
"Jangan bilang nomer ponselku terhapus, atau kau lupa
jalan pulang ke Londa."
Chaira menatap David sambil menggeleng pelan.
"Bukan begitu, Dav,"
"Lalu?"
"Tasku dicopet saat keluar dari bandara, semua
identitasku disana, termasuk paspor dan juga ponselku,"
"Woow, dalam bandara dengan pengamanan seketat itu, kau
bisa dirampok? sungguh hebat si pencopet itu." puji David.
"Percaya tidak percaya memang seperti itu kenyataannya,
Dav. Setelah perusahaan papah normal aku terus ikut andil dalam perusahaan
papah sampai saat ini"
"Artinya saking sibuknya kau melupakan aku sebagai
suamimu?"
Chaira kembali menunduk.
"Atau jangan-jangan kau tidak pernah menganggap aku
sebagai suamimu waktu itu?"
"Tidak, Dav. itu tidak benar! Bahkan rasa itu masih
tetap ada hingga detik ini." Chaira perlahan menurunkan nada bicaranya
nyaris tak terdengar kalimat terakhirnya.
Keadaan di sekitar mereka berdua menjadi hening seketika,
untuk beberapa saat keduanya saling berdiaman dan akhirnya Chairan kembali
membuka suara.
"Dav, maafkan aku. Beri aku kesempatan untuk
memperbaiki semuanya." Chaira menyentuh tangan David yang terletak diatas
meja.
Belum sempat David menjawab ucapannya, ponsel Chaira yang
tersimpan di atas meja berbunyi. Melihat nama panggilan masuk di layar
ponselnya Chaira langsung mengangkatnya.
"Hallo" ucap Chaira dan wanita itu langsung
terlihat lemas saat seseorang berbicara dari seberang sana. Ponselnya yang
menempel pada telinganya terjatuh begitu saja.
Pandangan Chaira terlihat kosong dan air matanya mengalir
tiada henti.
"Chaira, kau kenapa?" tanya David panik dan
langsung berdiri memegang pundak Chaira.…..(Bersambung)
Penutup
Bagaimana? apakah anda penasaran dengan kelanjutan
ceritanya? Pasti nya ketagihan dong, baiklah mari kita lanjut membaca ke bab
selanjut nya yaitu Bab 123 Novel Pernikahan Yang Tak Dianggap
Posting Komentar untuk "Bab 122 Pernikahan Yang Tak Dianggap "