Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Bab 137 Pernikahan Yang Tak Dianggap

Novel berjudul Pernikahan Yang Tak Dianggap adalah sebuah novel yang bergenre romantic, banyak orang yang dibuat ketagihan untuk membaca novel ini, novel ini sangat terkenal karena jutaan orang telah membaca novel ini dan merasa puas.

Novel ini dapat membuat guncangan emosi yang kuat bagi pembacanya, karena di setiap alur ceritanya membuat pembaca semakin ingin tau kelanjutan dari cerita nya.

Teman – teman pasti penasaran dengan ceritanya bukan? Pada kali ini saya akan memperkenalkan dan memberikan novel Pernikahan Yang Tak Dianggap, Kami yakin anda pasti akan suka dengan novel ini, mari kita simak bersama novel berikut ini.

Novel Pernikahan Yang Tak Dianggap Bab 137

Bab 137 Pernikahan Yang Tak Dianggap 

Kinara mengangguk menanggapi ucapan Misel. Gadis itu menatap kepergian David dan sang adik dengan seribu tanya.

Ada apa? Kenapa David terlihat panik dan buru-buru begitu? 

"Kak, kita mau kemana? kenapa kakak buru-buru begitu" tanya Misel saat mereka telah dalam perjalan.

"Kak Chaira, El," sahut David menengok sebentar pada sang adik.

"Kak Chair kenapa?"

"Papanya baru menin meninggal" raut wajah David terlihat cedikit camas.

"Inalilahi wainalilahi rojiun, beneran, Kak?" tanya Misel memastikan.

"Benar, barusan Chaira telepon makanya kakak langsung buru-buru pergi,"

"Kasian Kak Chaira pasti sedih bangat,"

"Makanya Kakak ajak kamu kesana biar kamu bisa temani Kak Chaira."

Misel mengangguk menanggapi ucapan sang kakak.

.

.

"Kenapa lihat-lihat kakak begitu?" tanya David karena sang adik terus memperhatikan wajahnya.

"Kakak masih cinta sama Kak Chaira?" tanya Misel dengan wajah serius.

"Kamu bicara apa? saat begini juga masih bahas cinta"

"Bukan begitu, Kak. Tapi sikap Kakak yang main pergi aja tadi terlihat jelas Kakak masih sangat peduli sama Kak Chaira"

"Peduli bukan berarti cintakan, Dek?" ucap David serius.

"Hemmm, saat ini pasti Nara sangat kebingungan mempertanyakan kemana Kakak akan pergi. Kalo sampai Nara tahu Kakak pergi begitu saja karena Kak Chaira  pasti dia akan berpikiran yang sama denganku" 

"Tidak, Kinara bukan orang seperti itu" elak David. Namun, hati kecilnya memikirkan ucapan sang adik.

"Kalo aku jadi Nara, aku pasti akan sakit, Kak. Apalagi kalau tahu Kak Chaira bagian dari masa lalu Kakak" wajah Misel terlihat sedih seperti merasakan apa yang dirasakan Kinara. "Sebaiknya Kakak ceritakan semuanya pada Nara sebelum semuanya terlambat" timpa Misel lagi.

David terdiam mendengar ucapan Misel, apa benar Kinara akan terluka seperti  yang diucapkan sang adik? 

David merasa pedulinya masih dibatas wajar, sehingga tidak ada alasan untuk Kinara sakit hati.

Hingga sampai ke kediaman Chaira, Misel tidak mengoceh apapun lagi. David memarkirkan mobil di halaman rumah Chaira lalu keluar bersama sang adik.

Di halaman rumah Chaira, terdapat banyak sekali karangan bunga duka cita yang berjejer hingga keluar gerbang.

David melangkah masuk, didepan pintu, Chaira telah berdiri menunggunya. Wanita itu langsung menghambur memeluk David erat dan menangis sesunggukan. 

Keadaan Chaira benar-benar kacau, matanya membengkak, hidungnya memerah akibat terlalu banyak menangis.

"Papa, Dav" ucap Chiara pilu.

David mengusap punggung wanita itu berusaha menenangkannya, Misel pun ikut melakukan hal yang sama.

"Yang sabar ya, Kak. Misel turut berduka cita, semoga papah Kakak diterima disisiNYA dan dilapangkan kuburnya" ucap Misel saat David dan Chaira melepas pelukan mereka.

"Misel, makasih sayang." Chaira bergantian memeluk Misel. "Kamu udah gede ya sekarang" sambungnya.

"Hehehe iya, Kak." Misel menyambut hangat pelukan Chaira.

"Kamu makin cantik, sayang" ucap Chaira sambil melepas pelukannya.

"Makasih, Kak. Kakak juga tambah cantik"

Chaira pun tersenyum menanggapi ucapan Misel.

Chaira membawa Misel dan David kedalam untuk melihat sang papah yang telah terbaring kaku. Di Dalam sana, ada beberapa orang yang sedang duduk dan membacakan doa untuk papah Chaira.

David dan Misel pun duduk mengapit Chaira ditengah, sambil terus menangis, kepala Chaira bersandar pada bahu David.

.

.

Tepat pukul tiga sore, Papah Chaira diantarkan ke peristirahatan terakhirnya. David masih setia menemani Chaira, bahkan selalu merangkul bahu wanita itu. David ingin memberi dukungan agar Chaira kuat menghadapi semuanya.

Satu hal yang sejak tadi mengganggu pikiran David, ia tidak melihat dimana Mama Chaira, sejak awal datang, David tidak melihat sosok wanita paruh baya itu. Suaminya sedang meninggal lalu kemana dia? Apa mungkin kedua orang tua Chaira telah berpisah? 

David ingin sekali bertanya, tetapi melihat keadaan Chaira yang sedang kacau,  pria itu mengurungkan niatnya. David akan bertanya nanti setelah semuanya membaik.

Selesai acara pemakaman, David dan Misel kembali ke rumah Chaira untuk menemani wanita itu.…..(Bersambung)

Penutup

Bagaimana? apakah anda penasaran dengan kelanjutan ceritanya? Pasti nya ketagihan dong, baiklah mari kita lanjut membaca ke bab selanjut nya yaitu Bab 138 Novel Pernikahan Yang Tak Dianggap

Posting Komentar untuk "Bab 137 Pernikahan Yang Tak Dianggap "