Bab 141 Pernikahan Yang Tak Dianggap
Novel berjudul Pernikahan Yang Tak Dianggap adalah sebuah novel yang bergenre romantic, banyak orang yang dibuat ketagihan untuk membaca novel ini, novel ini sangat terkenal karena jutaan orang telah membaca novel ini dan merasa puas.
Novel ini dapat membuat guncangan emosi yang kuat bagi
pembacanya, karena di setiap alur ceritanya membuat pembaca semakin ingin tau
kelanjutan dari cerita nya.
Teman – teman pasti penasaran dengan ceritanya bukan? Pada kali
ini saya akan memperkenalkan dan memberikan novel Pernikahan Yang Tak Dianggap,
Kami yakin anda pasti akan suka dengan novel ini, mari kita simak bersama novel
berikut ini.
Novel Pernikahan Yang Tak Dianggap Bab 141
Sepanjang membagikan uang, senyuman bahagia tidak terlepas
dari bibir pria itu. David merasa senang sekaligus bangga karena anak-anak itu
terlihat sangat pintar dan sopan.
Apa perasaan seperti ini yang Nara rasakan saat membantu
anak-anak ini? Untuk sesaat David benar-benar merasa bahagia.
.
.
David kembali ke rumah dengan rasa kecewa, dalam perjalanan,
David berpikir keras kemana lagi harus mencari Kinara. Bahkan ponsel gadis itu
belum aktif hingga sekarang.
Tepat jam sepuluh, David baru sampai di rumahnya.
"Kak, gimana?" tanya Misel. Namun tidak jawab oleh
David, pria itu langsung menuju ke kamarnya.
Melihat ekspresi sang kakak, Misel sudah bisa menebak apa
hasilnya.
Nara kamu dimana?
.
.
Sementara di rumahnya, Kinara masih berbaring diatas tempat
tidur. Gadis itu terlihat uring-uringan sambil menatap ponselnya yang ia
mainkan sejak semalam. Kinara takut, jika di nyalakan ponselnya maka David bisa
mengetahui keberadaannya.
Kinara belum siap untuk bertemu David, gadis itu ingin
menenangkan diri agar bisa mengambil keputusan yang tepat. Jika saja ia tahu
jatuh cinta akan sesakit ini, mungkin saja Kinara akan memilih menutup hatinya
pada siapapun lelaki yang mendekatinya, termasuk David.
Ditengah kegalauannya, sang ayah datang dan mengentuk pintu
dari luar.
"Nara, ayo sarapan dulu, Nak," panggil sang ayah
karena putrinya sejak pagi belum keluar kamar.
"Iyah, Yah" sahut Kinara lalu bergegas turun dari
tempat tidur dan berjalan keluar kamar. Kinara menuju kamar mandi untuk
membasuh muka dan menyikat gigi. Setelah itu baru menuju meja makan.
"Ayah berangkat kerja ya, ingat apapun keputusan yang
kamu ambil, kamu sendirilah yang akan menanggung resikonya, Nak," Ayah
menasehati Kinara yang kini telah duduk dimeja makan. Pria tua itu menepuk
lembut pundak anak gadisnya.
"Iya, Yah" sahut Kinara lalu mencium punggung
tangan ayahnya. Sang ayah pun langsung melangka keluar meninggalkan Kinara
sendirian di rumah.
Melihat wajah ayahnya, Kinara merasa bersala. Seharusnya ia
tidak perlu melibatkan sang ayah dalam urusan percintaannya. Apalagi meminta
ayahnya berbohong seperti semalam.
Saat keluar dari rumah Chaira, Kinara bersembunyi dibalik
beberapa mobil yang terparkir di sana. Kinara menunggu sampai David dan Misel
pergi, barulah ia keluar dan memesan ojek online untuk pulang ke rumah.
Kinara tahu David akan mencarinya, sehingga ia meminta
tolong pada sang ayah untuk berbohong pada David.
.
.
Sejak kejadian di rumah Chaira, kini tiga hari sudah Kinara
tidak masuk kantor. David terlihat frustasi dan tidak konsen bekerja karena
memikirkan gadis keras kepalanya, David duduk sambil terus menatap pada meja
kerja Kinara.
Biasa gadis itu akan selalu mengganggu disaat dirinya sedang
serius bekerja. David membuang napas kasar lalu menyandarkan kepelanya pada
sandaran kursi, pria itu memijat pelan pelipisnya yang terasa sakit.
Tok, tok, tok.
Suara ketukan pintu dari luar menyadarkan David dari
lamunannya, pria itu membenarkan posisi duduknya lalu mempersilahkan orang dari
luar untuk masuk.
"Taun David" sapa seorang pria sambil memberi
hormat.
"Bagaimana?" tanya David serius.
Pria itu tidak menjawab, tetapi meletak sebuah amplop berwarna
coklat diatas meja kerja David.
David meraih amplop tersebut dan mulai membukanya. David
memperhatikan dengan seksama isi amplop tersebut.
"Apa kau yakin semua ini benar?" tanya David
memastikan.
"Benar, Tuan. Semua data-datanya lengkap disini"
sahut pria itu sambil meletakkan lagi selembar kertas diatas meja kerja
David.
David pun membaca isi kertas tersebut.
"Jika Tuan belum yakin, Tuan bisa menghubungi orang
ini" pria itu kembali meletakkan sebuah kartu nama dihadapan David.
"Baiklah, terima kasih atas semua bantuanmu. Kau boleh
pergi sekarang,"
"Baik, Tuan. Saya permisi," Pria itu pun langsung
melangkah keluar dari ruang David.
David kembali memperhatikan semua bukti-bukti itu. Untuk
memastikan semuanya benar atau tidak, David perlu menemui seseorang.
Tanpa menunggu lama lagi, David meraih kunci mobil dan
berjalan keluar ruangan, tak lupa membawa serta semua bukti-buktinya.…..(Bersambung)
Penutup
Bagaimana? apakah anda penasaran dengan kelanjutan
ceritanya? Pasti nya ketagihan dong, baiklah mari kita lanjut membaca ke bab
selanjut nya yaitu Bab 142 Novel Pernikahan Yang Tak Dianggap
Posting Komentar untuk "Bab 141 Pernikahan Yang Tak Dianggap "