Bab 144 Pernikahan Yang Tak Dianggap
Novel berjudul Pernikahan Yang Tak Dianggap adalah sebuah novel yang bergenre romantic, banyak orang yang dibuat ketagihan untuk membaca novel ini, novel ini sangat terkenal karena jutaan orang telah membaca novel ini dan merasa puas.
Novel ini dapat membuat guncangan emosi yang kuat bagi
pembacanya, karena di setiap alur ceritanya membuat pembaca semakin ingin tau
kelanjutan dari cerita nya.
Teman – teman pasti penasaran dengan ceritanya bukan? Pada kali
ini saya akan memperkenalkan dan memberikan novel Pernikahan Yang Tak Dianggap,
Kami yakin anda pasti akan suka dengan novel ini, mari kita simak bersama novel
berikut ini.
Novel Pernikahan Yang Tak Dianggap Bab 144
"Baiklah, saya akan merubah pertanyaan saya. Apa anda
mengenali pria ini?" David menunjukan satu foto lagi membuat wajah Dokter
Hardian seketika memucat.
.
.
Diketahui Dokter Hardian adalah salah satu Dokter senior di
Premier Hospital, dimana rumah sakit tersebut yang telah membesarkan namanya
dan memberinya pundi-pundi kekayaan.
Jika ketahuan melakukan kecurangan ataupun hal-hal kotor
yang melanggar sumpahnya sebagai seorang dokter, maka Dokter Hardian bisa
dipecat bahkan dicopot gelarnya.
"Jangan bercanda Tuan David, siapa yang tidak mengenal
pengusaha terkenal seperti Tuan Jaslin," Dokter Hardian masih berusaha
biasa saja.
"Apa Anda yang menangani persalinan istrinya?"
"Te-tentu saja, Tuan David" Dokter Hardian mulai
gugup.
"Termasuk putrinya yang kedua?" Pertanyaan David
kali ini benar-benar membuat Dokter Hardian tidak bisa bernapas dengan baik.
"A-apa maksud pertanyaan Anda, Tuan David? Seluruh
dunia juga tahu Tuan Jaslin hanya memiliki satu orang putri" ucap pria
paruh baya itu sambil membetulkan posisi duduknya.
"Omong kosong," bentak David. "Coba katakan
sekali lagi bahwa Tuan Jaslin hanya memiliki satu putri." Dititik ini,
kedua bola mata David seperti akan melompat keluar.
"Tidak! Apa hak Anda memaksa saya untuk berbicara
hal bukan-bukan?" Dokter Jaslin berusaha tegas.
"Sepertinya Anda bisa diajak bicara baik, Tuan Hardian.
Baiklah, biarkan pihak berwajib yang memutuskan dimana tempat Anda
seharusnya" David bangkit berdiri dan henda melangkah keluar.
"Tunggu Tuan David" cegat Dokter Hardian"
David tersenyum tipis, ancamannya tepat sasaran. Pria itu
kembali duduk.
"Saya akan menceritakan semuanya, tapi tolong jangan
bawa masalah ini ke rana hukum"
"Semua tergantung pada cerita Anda, DOKTER
HARDIAN" David menekan nada bicaranya membuat Hardian menelan salivanya
berkali-kali dengan wajah memucat. Pria paruh baya itu pun mulai bercerita.
Tiga puluh tahun lalu, Tuan dan Nyonya Jaslin Sangat
berbahagia menyambut kelahiran buah cinta mereka. Setelah usia putri pertama
mereka menginjak tiga tahun, pasangan suami istri itu berencana menambah satu
anak lagi dan Tuan Jaslin menginginkan anak laki-laki.
Hampir delapan tahun berjuang dan mengikuti segala macam
program kehamilan, namun Nyonya Jaslin tak kunjung hamil lagi. Sampai akhirnya
mereka memutuskan untuk melakukan proses bayi tabung.
Tuan Jaslin yang awalnya menolak program bayi tabung karena
tidak ingin image jelek di depan rekan bisnis pun akhirnya menyetujui karena
tidak punya pilihan lain,
Tuan Jaslin rela menahan malu dan gosip miring dari rekan
bisnisnya demi mendapat seorang anak laki-laki.
Tuan Jaslin sangat berbahagia saat program bayi tabungnya
berhasil. Dari proses kehamilan sampai pada waktu lahiran, dokter menyata anak
dalam kandungan Nyonya Jaslin berjenis kelamin laki-laki.
Namun, siapa sangka saat proses persalinan itu tiba, yang
keluar bukanlah bayi laki-laki melain seoran bayi perempuan yang sangat cantik.
Bahkan wajahnya sangat mirip dengan anak pertamanya.
Tuan Jaslin sangat marah dan kecewa bahwa tidak ingin
menyentuh bayi malang itu.
"Buang bayi itu dan keluarkan surat kematian sekarang
juga," ucapan itu terdengar datar, namun sangat menusuk hati tiga
orang perawat dan Dokter Hadian yang membantu persalinan sang istri.
Bagaimana bisa seseorang dengan mudahnya mengatakan buang
bayinya sendiri? Para tenaga medis itu tidak habis pikir, tetapi mereka tidak
punya kuasa untuk membantah.
Selain tidak menginginkan anak perempuan, Tuan Jaslin juga
sudah terlanjur membangkan diri pada semua rekan bisnisnya akan memiliki
seorang anak laki-laki. Dimana ia akan menaroh muka nya jika yang lahir anak
perempuan?
Tuan Jaslin yang sedang dimabuk kekuasaan tidak ingin malu
untuk kedua kalinya dan merusak reputasinya. Tuan Jaslin pun memilih
membuang darah dagingnya sendiri.
Nyonya Jaslin yang mendengar ucapan sang suami tentu saja
sangat hancur hatinya, tetapi wanita itu juga tidak punya pilihan.. Nyonya
Jaslin belum siap hidup miskin jika harus menentang ucapan sang suami.
Sesuai perintah Tuan Jaslin, Dokter Hardian memerintahkan
tiga orang susternya untuk membuang bayi yang tidak berdoa itu sejauh mungkin
dari kediaman keluar Jaslin.
Dokter Hadian sendiri juga tidak punya pilihan, Tuan Jaslin
adalah orang berkuasa dan mampu melakukan saja, termasuk mengasingkan Hardian
dan seluruh keluarga.
Demi menjaga rahasia besar itu agar tidak tercium ke publik,
tiga orang suster yang membantu persalinan Nyonya Jaslin pun diberhentikan dan
dikirim ke pulau terpencil dengan jaminan hidup yang cukup tanpa kekurangan
apapun.
Sementara Dokter Hadian sendiri, kehidupannya selalu
dipantau oleh orang-orang Tuan Jaslin.
"Bajian kau, berani-berani melangkar sumpahmu hanyak
karena takut pada seseorang. Dimana hati nuranimu?" David mencrang kuat
kerah baju Dokter Hardian. Wajah pria itu memerahkan menahan amarah, bukan
hanya itu, hati David juga terasa sakit mendengar gadis kecilnya tidak
diinginkan dan dibuang begitu saja.…..(Bersambung)
Penutup
Bagaimana? apakah anda penasaran dengan kelanjutan
ceritanya? Pasti nya ketagihan dong, baiklah mari kita lanjut membaca ke bab
selanjut nya yaitu Bab 145 Novel Pernikahan Yang Tak Dianggap
Posting Komentar untuk "Bab 144 Pernikahan Yang Tak Dianggap "