Bab 146 Pernikahan Yang Tak Dianggap
Novel berjudul Pernikahan Yang Tak Dianggap adalah sebuah novel yang bergenre romantic, banyak orang yang dibuat ketagihan untuk membaca novel ini, novel ini sangat terkenal karena jutaan orang telah membaca novel ini dan merasa puas.
Novel ini dapat membuat guncangan emosi yang kuat bagi
pembacanya, karena di setiap alur ceritanya membuat pembaca semakin ingin tau
kelanjutan dari cerita nya.
Teman – teman pasti penasaran dengan ceritanya bukan? Pada kali
ini saya akan memperkenalkan dan memberikan novel Pernikahan Yang Tak Dianggap,
Kami yakin anda pasti akan suka dengan novel ini, mari kita simak bersama novel
berikut ini.
Novel Pernikahan Yang Tak Dianggap Bab 146
Tuan Jaslin yang menyadari siapa orang yang sedang dihadapi
pun langsung mengubah strateginya untuk menjebak David.
Tuan Jaslin yang gila akan kedudukan tidak rela jika
reputasinya hancur hanya karena anak yang tidak ia inginkan.
.
.
David dibawa kesebuah rumah tua di pinggiran kota, kedua
tangannya diikat terpisah kertas menggunakan rantai, kedua kakinya juga ikat
dengan cara yang sama.
Selesai mengingat David yang masih belum sadarkan diri,
salah satuh dari para penjahat itu menyiram air seember tepat diwajah David.
Uhuuukkk, uhuuuuukkk. David terbatuk-batuk dan mulai
tersadar.
"Hellow Tuan David,"
David membuka matanya perlahan dan melihat ke arah sumber
suara, tampaklah wajah Tuan Jaslin yang tersenyum puas dengan wajah mengejek.
"Bagaimana kejutannya? Manarik bukan?" Tuan Jaslin
berjalan mendekat pada David yang sedang menatapnya.
"Lepaskan aku" teriak David.
Tuan Jaslin percah tertawa menanggapi ucapan David.
"Aku akan melepaskanmu, tapi setelah kau jadi mayat," Tuan Jaslin kembali
tertawa. "Jang dia baik-baik, jangan sampai dia kabur. Jangan beri dia
makanan, biarkan dia mati perlahan karena kelaparan, ini hukuman yang pantas
karena dia sudah berani menolak putriku" Selesai berucap pria tua itu
kembali tertawa sambil berjalan keluar ruangan.
Setelah memastikan rantai yang mengikat David kuat, semua
anak buah Tuan Jaslin keluar dan menutup pintu.
Tempat itu benar-benar gelap setelah pintunya tertutup.
David hanya melihat ada setitik cahaya dari teralis, itupun ditutupi kaca yang
lumayan tebal. David tidak bisa membayangkan akan jadi apa dirinya disana saat
malam hari.
.
.
"Gimana, Pah? Apa semuanya aman?" tanya Chaira
saat sang papah keluar dari ruangan gelap itu. Bukan hanya gelap, tapi ruangan
itu juga kedap suara.
"Aman, dia tidak bisa lolos lagi" sahut sang
papah.
"Tapi Chiara masih takut, Pah. Chaira takut rahasia
kita terbongkar. Chaira nggak mau jatuh miskin apalagi sampai masuk
penjara"
"Tenang sayang, kejadian itu tidak ada yang tahu. Papah
akan singkirkan anak sialan itu dan ayahnya jadi kehidupan kita akan tenang
selamanya" Tuan Jaslin berusaha meyakin anaknya. "Hanya kamu yang
pantas mewarisi nama Jaslin dan seluruh harta mereka."
"Papah emang yang terbaik" Chaira memeluk sang
papa dengan perasaan tenang.
****************
Keesokan harinya, Kinara tampak gelisah menunggu di dalam
ruang kerja. Perasaannya tidak enak sejak semalam, entah karena mau bertemu
David pagi ini atau karena ada hal lain. Kinara sendiri tidak paham mengapa
hatinya gelisah.
Kinara memperhatikan sebuah jam dinding yang tergantung
dalam ruang itu, dahinya terlihat mengkerut, tidak biasanya David terlambat
apalagi sekarang sudah hampir jam sepuluh.
Kinara terlihat bingung, ingin bertanya pada Alex tetapi
Kinara tidak ingin terlihat lancang.
Kinara berjalan mondar mandi, setelah mempertimbangkan
semuanya, Kinara membuang ego dan memutuskan menghubungi nomer David
menggunakan telepon kantor.
Beberapa kali mencoba, namun tidak ada sambungan telepon
yang terhubung. Kinara semakin gelisah.
"Masa iya aku buka blokirnya," ucap Kinara dengan
wajah cemberut sambil memegang ponselnya. Sejak kabur dari rumah Chaira, Kinara
telah memblokir nomer David.
"Aahh sudahlah" Jari gadis itumu menekan tulisan
buka blokir dan langsung menghubungi David. Namun, lagi-lagi tidak terhubung.
Tidak ingin tersiksa dengan rasa penasaran, Kinara pun
dengan berat hati menghubungi Misel. Kinara merasa sedikit tidak enak karena
mengabaikan pesan Misel beberapa hari lalu.
"Halo, El" ucap Kinara saat Misel telah mengangkat
teleponnya.
"Iya, Ra." sahut Misel dari seberang sana.
"Maaf ya aku nggak balas Chat kamu kemarin,"
"Nggak apa-apa aku paham ko, Ra. Aku baru aja berpikir
mau telpon kamu,"
"Masa sih? Ko bisa samaan gitu ya?"
"Iya dong, kitakan bestie" Kedua gadis itu tertawa
bersama dari masing-masing tempat. "Oh ya, Ra. Kamu tau nggak Kak David
ada dimana?"
"Nggak tau, aku telepon kamu karena mau tanya soal Kak
David. Udah jam segini dia belum sampai kantor"
"Astaga, trus Ka David dimana? Aku udah coba hubungi
nomornya dari semalam tapi nggak bisa-bisa,"
"Kenapa kamu nggak bilang dari semalam?"
"Aku takut kamu masih marah, Ra. Ya udah deh nanti kalo
ada info dari Kak David saling beri kabarnya"
"Iya," Kedua gadis itu memutuskan sambungan
telepon dengan perasaan penuh tanya, dimana David berada?
Kinara dan Misel masih terlihat santai karena belum
mengetahui apa yang sebenarnya terjadi pada David.…..(Bersambung)
Penutup
Bagaimana? apakah anda penasaran dengan kelanjutan
ceritanya? Pasti nya ketagihan dong, baiklah mari kita lanjut membaca ke bab
selanjut nya yaitu Bab 147 Novel Pernikahan Yang Tak Dianggap
Posting Komentar untuk "Bab 146 Pernikahan Yang Tak Dianggap "