Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Bab 152 Pernikahan Yang Tak Dianggap

Novel berjudul Pernikahan Yang Tak Dianggap adalah sebuah novel yang bergenre romantic, banyak orang yang dibuat ketagihan untuk membaca novel ini, novel ini sangat terkenal karena jutaan orang telah membaca novel ini dan merasa puas.

Novel ini dapat membuat guncangan emosi yang kuat bagi pembacanya, karena di setiap alur ceritanya membuat pembaca semakin ingin tau kelanjutan dari cerita nya.

Teman – teman pasti penasaran dengan ceritanya bukan? Pada kali ini saya akan memperkenalkan dan memberikan novel Pernikahan Yang Tak Dianggap, Kami yakin anda pasti akan suka dengan novel ini, mari kita simak bersama novel berikut ini.

Novel Pernikahan Yang Tak Dianggap Bab 152

Bab 152 Pernikahan Yang Tak Dianggap 

Siapapun kau yang sudah berani menyentuh ayahku, akan kupastikan semua tulang-tulangmu hancur dan melunak.

Diselimuti aramah dan rasa cemas, Kinara melaju dengan kecepat tinggil. Gadis itu tidak memikirkan keselamatannya lagi, yang ada di kepalanya saat ini, hanyalah menyelamat sang ayah.

.

.

Beberapa saat menempuh perjalanan, Kinara telah sampai ke alamat yang dituju. Kinara mengerutkan dahinya, bukankah ini rumah tuan yang sering ia lewati ketika berkunjung ketempat adik-adiknya.

Benarkah ayah disekap disini?

Kinara memarkirkan motornya dan berjalan masuk penuh hati-hati, saat mendorong pintu depan yang sedikit terbuka, Kinara langsung disambut oleh empat orang pria berbadan besar, kepala para penjahat itu ditutupi masker topeng berwarna hitam dan hanya  mata mereka yang terlihat.

Dengan segala amarah yang ia pendam sejak tadi, empat orang itu bukanlah tandingannya. Seperti membereskan seekor semut yang mengganggu jalanya, Kinara menghajar habis empat pria itu, bahkan Kinara langsung menyerah titik lemah dan melumpuhkan mereka semua.

Cih hanya begini kemampuan kalian?

Kinara membersihkan tangannya dan melanjutkan perjalanannya, rumah tua itu terlihat kecil dari luar, tetapi siapa sangka bagian dalamnya begitu luas dan memanjang kebelangkan.

Kinara berjalan mengikuti petunjuk yang telah dipersiapkan disana, Kinara yakin semua itu petunjuk menuju tempat penyekapan sang ayah. Tentu Kinara berjalan penuh kewaspadaan, gadis itu sesekali menoleh kekiri dan kanan untuk memastikan keadaan.

Kinara melewati sebuah lorong panjang dan gelap, di tengah lorong itu, Kinara kembali dihadang oleh delapan orang pria berbadan besar dengan penampilan yang sama dengan orang-orang yang ia temui di pintu masuk tadi.

Kinara kembali bertarung, meski lorong itu sempit, Kinara tidak kesulitan membuka jurus dan menghajar habis kedelapan pria itu. Kinara tersenyum mengejek pada mereka semua.

Para penjahat itu salah jika berpikir bisa menangkap Kinara di lorong kecil itu, andai saja mereka tahu Kinara pernah berlatih di ruangan kecil dengan mata tertutup, mungkin mereka akan berpikir dua kali lipat sebelum melakukan semua itu.

"Merepotkan saja" ucap Kinara setelah menjatuhkan para penjahat itu.

Kinara kembali melanjutkan jalannya, sampai akhirnya ia tiba di sebuah ruangan kosong yang lumayan luas dan ada satu pintu rolling door disana. Kinara melangkah cepat mendekat pada pintu tersebut, ia yakin ayahnya berada di dalam sana.

Saat gadis itu sedang berusaha membuka pintu, seseorang menendang punggungnya dari belakang, Kinara menyentuh bahunya sambil meringis kesakitan. Ketika ia membalikkan badan, sudah ada lebih dari tiga puluh orang pria yang telah mengepungnya.

Kinara membuang napas berat sambil melihat kesembarangan, gadis itu seperti berkata, hmm orang-orang ini lagi. Kinara terdiam sesaat dan menatap orang-orang bertopeng itu dari ujung sampai keujung.

Dalam hatinya, Kinara mulai menghitung waktu saat ia berangkat dan ia tiba ditempat itu. Memikirkan tentang waktu, Kinara yakin Alex bersama orang-orangnya akan tiba sebentar lagi.

Otak kecil Kinara mulai berputar dan berpikir keras untuk mengulur waktu, setidaknya ia mengulur waktu hingga sepuluh menit kedepan untuk menunggu Alex dan pasukannya tiba, Kinara takut ia kehabisan tenaga dan kalah dari orang-orang itu.

"Siapa kalian? apa mau kalian?" ucap Kinara dengan nada tegas.

Bukannya menjawab, orang-orang itu malah tertawa bersamaan membuat Kinar mengerutkan dahinya.

"Katakan dimana kalian sekap ayahku" tanya Kinara lagi. Namun, lagi-lagi para penjahat itu tertawa bersama.

Maksud hati ingin menakuti-nakuti Kinara, gadis itu mala merasa lucu melihat mereka semua tertawa bersama.

Kinara merasa mereka semua seperti robot yang memiliki tombol on off.…..(Bersambung)

Penutup

Bagaimana? apakah anda penasaran dengan kelanjutan ceritanya? Pasti nya ketagihan dong, baiklah mari kita lanjut membaca ke bab selanjut nya yaitu Bab 153 Novel Pernikahan Yang Tak Dianggap

Posting Komentar untuk "Bab 152 Pernikahan Yang Tak Dianggap "