Bab 157 Pernikahan Yang Tak Dianggap
Novel berjudul Pernikahan Yang Tak Dianggap adalah sebuah novel yang bergenre romantic, banyak orang yang dibuat ketagihan untuk membaca novel ini, novel ini sangat terkenal karena jutaan orang telah membaca novel ini dan merasa puas.
Novel ini dapat membuat guncangan emosi yang kuat bagi
pembacanya, karena di setiap alur ceritanya membuat pembaca semakin ingin tau
kelanjutan dari cerita nya.
Teman – teman pasti penasaran dengan ceritanya bukan? Pada kali
ini saya akan memperkenalkan dan memberikan novel Pernikahan Yang Tak Dianggap,
Kami yakin anda pasti akan suka dengan novel ini, mari kita simak bersama novel
berikut ini.
Novel Pernikahan Yang Tak Dianggap Bab 157
"Tidak! ini semua rencana papah. Silakan papah tanggung
sendiri."
Plaaaakkk
Satu tamparan mendarat sempurna di pipi mulus Chaira.
.
.
Tamparan tersebut bukanlah dari Iskandar, bukan juga dari
David ataupun Kinara, tetapi dari Misel yang tiba-tiba saja muncul disana.
Misel merasa geram melihat ulang Chaira.
"Dasar wanita licik, bahkan dengan ayahmu sendiri kau
bersikap seperti itu"
Misel? David merasa bingung mengapa adiknya bisa muncul
ditempat berbahaya itu.
Chaira tidak peduli dengan ucapan Misel, tidak peduli juga
dengan pipinya yang memerah dan terasa sakit. Chaira berbalik dan melangkah
cepat mendekati Kinara yang masih berdiri didekat lawan yang ia patahkan leher
tadi.
"Kinara tolong maafkan, aku. Bagaimanapun kita ini
masih saudara, kedua orang tuamu sudah mengadopsi ku sejak aku baru lahir"
Chaira berbicara penuh pepohonan. Tidak peduli dengan harga dirinya, wanita itu
rela melakukan apa saja asal ia bisa bebas dari tempat itu.
"Dimana kedua orang tua yang sudah mengadopsi mu
itu?" tanya Kinara dingin. Tatapan gadis itu masih terlihat kosong dan
emosinya pun masih belum stabil.
"Mereka di-di…." sahut Chaira terbata.
"Cepat katakan?" bentak Kinara dengan suara
menggelegar.
"Sudah mati" Chaira reflek dan kata itu keluar
begitu saja dari mulutnya.
Seiring terucapnya kata tersebut tangan Kinara mencengkram
kuat pada leher Chaira. Gadis itu mencengkram sekuat tenaga tanpa mempedulikan
Chaira yang mulai kesusahan bernapas.
Seluruh wajah Chaira memerah, lidah menjulur keluar masuk,
dan kedua tangannya berusaha melepaskan cengkraman Kinara. Namun, seperti
dibawah pengaruh aura jahat, Kinara tidak punya rasa iba sedikitpun.
"Nara lepaskan dia, dia bisa mati kehabisan
napas." ucap Misel sambil menyetuh pundak Kinara. Bukannya menurut, Kinara
justru semakin mempererat cengkramannya.
"Nara, biarkan polisi yang mengurusnya. Jangan sampai
kamu mengotori tanganmu, ingat masih ada Pak Bambang yang membutuhkanmu"
sambung Misel.
Mendengar nama sang ayah, Kinara mulai tersadar dan
mengendorkan cengkramannya.
Seperti sebuah benda yang jatuh dari ketinggian, Chaira
ambruk dan jatuh tergeletak diatas lantai. Wanita itu terbatuk-batuk dan
kesulitan bernapas.
.
.
Masih dengan tatapan yang kosong, Kinara berjalan
menghampiri Pak Bambang.
"Ayah! katakan, dibagian mana mereka memukul,
Ayah?" tanya Kinara.
Pak Bambang menggeleng, pria tua menyadari tatapan itu
bukanlah tatapan biasa dari putrinya.
"Nak, ayah tidak kenapa-kenapa. Semuanya sudah selesai,
ayo kita pulang," ajak Pak Bambang lembut. Namun, lagi-lagi Kinara tidak
menurut. Gadis itu memundurkan satu langkah kebelakang.
"Apakah dibagian ini, Yah?" Kinara meninju rahang
Iskandar hingga hingga pria itu hampir terjatuh.
Merasa belum puas, Kinara menghajar Iskandar membabi buta.
Setiap pukulan yang ia berikan, selalu diiringi dengan pertanyaan yang sama.
"Apakah dibagian ini, Yah"
Wajah Iskandar telah dipenuhi darah dan entah berapa banyak
tulangnya yang retak akibat hantaman keras dari Kinara.
"Nara, sudah hentikan" ucap David. Pria itu
menahan tangan Kinara yang hampir mengenai Iskandar lagi. Bukan karena David
bersimpati pada mantan mertuanya, tetapi David ingin Kinara menjadi seorang
pembunuh.
Lagi-lagi Kinara seperti tersadar dari emosinya yang membabi
buta, gadis mengalihkan pandangannya pada David yang juga sedang menatap
matanya.
Sesaat kedua saling berpandangan, penglihatan Kinara mulai
buram dan gadis itu jatuh tak sadarkan diri.
"Nara" panggil David sambil menahan tubuh Kinara.
Menyadari Kinara telah pingsan, David segera mengangkat
tubuh gadisnya dan membawa keluar dari ruangan gelap itu.
"Ikat mereka berdua dengan rantai," perintah Alex
pada anak buahnya, lalu berjalan mengikut David dan yang lainnya keluar.
Alex sengaja meminta anak buahnya mengingkat Cahira dan
Iskandar agar kedua orang itu bisa merasa apa yang dirasakan oleh David dan Pak
Bambang, selain itu juga, Alex merasa hanya Kinara yang pantas memutuskan
hukuman apa yang layak untuk pasangan ayah dan anak itu.
Anak buah Alex melakukan sesuai perintah Alex, merantai
dengan cara yang sama seperti yang mereka lakukan pada David dan ayah Kinara.
Setelah memastikan ikatannya aman, mereka semua keluar tanpa mempedulikan
Chaira yang berteriak minta dilepas.
Sungguh malang nasib ayah dan anak itu, beberapa jam yang
lalu, keduanya tertawa bahagia diatas awan dan sekarang, mereka berdua harus
merasakan hal sama akibat dari perbuatan mereka sendiri.
"Lepaskan aku, aku tidak mau dikurung di tempat gelap
ini" teriak Chaira berulang-ulang kali.…..(Bersambung)
Penutup
Bagaimana? apakah anda penasaran dengan kelanjutan
ceritanya? Pasti nya ketagihan dong, baiklah mari kita lanjut membaca ke bab
selanjut nya yaitu Bab 158 Novel Pernikahan Yang Tak Dianggap
Posting Komentar untuk "Bab 157 Pernikahan Yang Tak Dianggap "