Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Bab 158 Pernikahan Yang Tak Dianggap

Novel berjudul Pernikahan Yang Tak Dianggap adalah sebuah novel yang bergenre romantic, banyak orang yang dibuat ketagihan untuk membaca novel ini, novel ini sangat terkenal karena jutaan orang telah membaca novel ini dan merasa puas.

Novel ini dapat membuat guncangan emosi yang kuat bagi pembacanya, karena di setiap alur ceritanya membuat pembaca semakin ingin tau kelanjutan dari cerita nya.

Teman – teman pasti penasaran dengan ceritanya bukan? Pada kali ini saya akan memperkenalkan dan memberikan novel Pernikahan Yang Tak Dianggap, Kami yakin anda pasti akan suka dengan novel ini, mari kita simak bersama novel berikut ini.

Novel Pernikahan Yang Tak Dianggap Bab 158

Bab 158 Pernikahan Yang Tak Dianggap 

Sungguh malang nasib ayah dan anak itu, beberapa jam yang lalu, keduanya tertawa bahagia diatas awan dan sekarang, mereka berdua harus merasakan hal sama akibat dari perbuatan mereka sendiri.

"Lepaskan aku, aku tidak mau dikurung di tempat gelap ini" teriak Chaira berulang-ulang kali.

.

.

"Masuk mobil, El." perintah David. Misel pun menurut.

Setelah Misel duduk didalam mobil, David meletakan kepala Kinara diatas pangkuan adiknya.

"Biar saya yang menyetir, Bos" ucap David setelah menutup pintu mobil. David tahu, Alex tidak bisa kebut-kebutan di jalan, sehingga ia meminta menyetir sendiri.

Sebelum pergi dari sana, David meminta salah satu anak buah Alex untuk mengantarkan Pak Bambang pulang ke rumahnya. David juga memberi sebuah pesan untuk disampaikan pada orangnya agar melayi Pak Bambang dengan baik dan memanggil dokter untuk memeriksa kondisi kesehatan calon ayah mertuanya itu.

Selesai berbicara pada anak buah Alex, David berlari kecil menuju mobil dan masuk ke kursi kemudi.

Dalam perjalan menuju rumah sakit, wajah David terlihat cemas, sekali-kali ia menengok kebelakang untuk melihat Kinara yang belum sadarkan diri.

David terus melajukan mobil, sementara Alex membuka maps untuk mencari rumah sakit terdekat.

"Pertigaan depan belok kiri, delapan ratus meter dari sana ada sebuah klinik umum," ucap Alex. David pun langsung menancap gas menuju kesana.

Tidak masalah hanya sebuah klinik, asal Kinara bisa mendapatkan pertolongan pertama. Sesuai petunjuk yang diberi oleh Alex, David menghentikan mobilnya tepat di depan klinik tersebut.

David keluar dari mobil dan mengangkat tubuh Kinara masuk ke dalam klinik. Untunglah seorang dokter sedang menganggur sehingga Kinara langsung bisa ditangani.

Dokter memeriksa detak jantung Kinara dan seorang perawat membersihkan luka memar dan sisah-sisah darah yang mulai mengering di wajah gadis itu.

"Kenapa teman Anda bisa sampai begini, Tuan?" tanya dokter.

"Kami baru saja mengalami kecelakaan, Dok" sahut David berbohong. 

"Dilihat dari kondisinya, sepertinya teman Anda mengalami cedera yang cukup serius di bagian rahangnya, Tuan. Klinik kami tidak punya alamat yang memadai untuk memastikan kondisi teman Anda, Tuan." jelas Dokter setelah memperhatikan rahang Kinara yang mulai membengkak.

"Lalu apa yang harus saya lakukan, Dok?" tanya David.

"Begini saja, saya akan menyuntikkan obat pereda nyeri. Setelah teman Anda sadar nanti, Anda bisa membawanya ke rumah sakit yang lebih besar untuk memeriksanya lebih lanjut." sahut dokter.

David mengangguk setuju dan dokter pun mulai menyuntikan obat pereda nyeri. 

Merasakan tusukan jarum suntik, Kinara mulai tersadar dari pingsannya. Gadis itu langsung menyentuh rahangnya yang terasa sakit. 

"Nara!" panggil David sambil mengusap kepala Kinara. "Sakit?" tanya David. Kinara pun mengganggu pelan. Rahangnya benar-benar terasa sakit bahkan tidak bisa membuka mulutnya.

"Tidak apa-apa, Sayang. Semua akan baik-baik saja" David mengecup lama pada kening gadis yang sangat ia cintai tanpa mempedulikan dokter yang sementara memasang jarum infus pada punggung tangan kanan Kinara.

"Biarkan dia berbaring sebentar, Tuan. Setelah itu Anda bisa membawanya pergi" ucap Dokter setelah selesai memasang jarum infus. Karena obat pereda nyerinya tidak bisa disuntik langsung ke tubuh pasien, sehingga dokter menyuntikannya memalu botol infus.

"Baik, Dok" sahut David. 

"Jika diperlukan, salah satu suster kami akan ikut dengan kalian untuk memegang botol infusnya" timpa dokter.

"Tidak perlu, Dok. Ada adik saya yang menunggu menunggu di luar" sahut David. Dokter pun berpamitan keluar.

Selepas kepergian dokter, David meminta izin pada Kinara untuk keluar menemui Alex dan Misel yang menunggu mereka di luar sekaligus mengurus administrasi.

"Aku keluar sebentar untuk urus administrasi, setelah itu kita akan langsung pergi dari sini" ucap David. Setelah mendapat anggukan dari Kinara, pria itu langsung berjalan keluar. Tak lupa meninggalkan sebuah kecupan pada kening Kinara.

David menemui Alex dan Misel di luar pintu UGD.

"El, masuk sana, temani Nara. Kakak mau urus administrasi sebentar, jangan ajak Nara bicara ya, rahangnya masih sakit" pesan David.

"Iya, Kak." sahut Misel lalu melangkah masuk.

David dan Alex pun langsung pergi ke bagian administrasi, setelah semuanya selesai. David kembali masuk menemui Kinara, sementara Alex memilih menunggu diluar.

"Dok apa saya bisa membawanya sekarang?" tanya David saat tidak sengaja berpapasan dengan dokter.

"Silahkan, tapi tunggu sebentar saya akan buatkan surat rujukan sebagai penghantarnya" ucap dokter.

"Tidak perlu, Dok. Tuliskan saja nama obat  pereda nyeri yang dokter suntikan tadi" ucap David. 

"Oh baiklah" Dokter pun segera menuliskan nama obat tersebut.

Setelah menerima sebuah kertas kecil dari dokter, David langsung menemui Kinara dan membawa gadis itu menuju Premier Hospital.

Dalam perjalan menuju rumah sakit, Alex menghubungi Dokter Irwan agar menunggu mereka di sana sekaligus mempersiapkan semua penanganan yang diperlukan.

"Thanks, Bro" ucap David. pria itu merasa  senang melihat kepekaan Alex, tanpa diminta pun Alex langsung menghubungi Irwan.

"Hmmm, gue tau Loe lagi miskin dan nggak punya ponsel" David tersenyum mendengar ucapan Alex. Ya memang saat ini dirinya tidak punya ponsel, karena benda pipi itu hilang entah kemana saat kejadian di rumah Dokter Hardian.…..(Bersambung)

Penutup

Bagaimana? apakah anda penasaran dengan kelanjutan ceritanya? Pasti nya ketagihan dong, baiklah mari kita lanjut membaca ke bab selanjut nya yaitu Bab 159 Novel Pernikahan Yang Tak Dianggap

Posting Komentar untuk "Bab 158 Pernikahan Yang Tak Dianggap "