Bab 16 Novel Pernikahan Yang Tak Dianggap
Novel berjudul Pernikahan Yang Tak Dianggap adalah sebuah novel yang bergenre romantic,comedi dan fiksi banyak orang yang dibuat ketagihan untuk membaca novel ini, novel ini sangat terkenal karena jutaan orang telah membaca novel ini dan merasa puas.
Novel ini dapat membuat guncangan emosi yang kuat bagi
pembacanya, karena di setiap alur ceritanya membuat pembaca semakin ingin tau
kelanjutan dari cerita nya.
Teman – teman pasti penasaran dengan ceritanya bukan? Pada
kali ini saya akan memperkenalkan dan memberikan novel Pernikahan Yang Tak Dianggap,
Kami yakin anda pasti akan suka dengan novel ini, mari kita simak bersama novel
berikut ini.
Novel Pernikahan Yang Tak Dianggap Bab 16
Sementara di ruangan periksa, Viona telah melakukan cek
darah dan hasilnya positif, Viona siap mendonorkan darahnya untuk Alex.
"Hasilnya sudah keluar, Kak. Golongan darah Kakak cocok
dengan pasien kami." jelas suster ramah.
Senyum bahagia terpancar jelas dari bibirnya "Kita
tensi dulu ya, kak. Sebelum melakukan pengambilan darah" Suster menyiapkan peralatan tensinya.
Viona mengangguk menanggapi ucapan suster, gadis itu menurut
apapun yang dilakukan suster padanya.
![]() |
Bab 16 Novel Pernikahan Yang Tak Dianggap |
"Oh ya, Kak. Sebelumnya maaf, tapi saya hanya ingin
membagi info." Suster mengatur kata-katanya sebaik mungkin. "Keluarga
yang akan Kakak tolong ini berasal dari keluar yang sangat kaya raya, jika
Kakak ingin meminta imbalan sebelum mendonorkan darah, saya rasa mereka tidak
akan keberatan" jelas suster, melihat dari penampilan Viona, suster
tersebut yakin Viona berasal dari keluarga sederhana, hingga spontan ia
mengeluarkan kata-kata seperti itu.
Viona berusaha mencernah ucapan suster itu 'Meminta
imbalan?' Pikirannya pun tertuju pada ucapan dokter tiga hari lalu.
"Mbak Viona, penyakit gagal ginjal nenek Anda sudah memasuki stadium lima.
Sebaiknya segera dilakukan tindakan operasi transplantasi ginjal"
Viona berbincang
panjang dengan dokter mengenai persiapan
operasi. Mata gadis itu terbelalak, tenggorokannya terasa kering saat dokter
menunjukan rincian biaya operasi. Tiga puluh enak juga? Dari mana ia bisa
mendapatkan uang sebanyak itu?
Viona larut dalam lamunannya.
"Sus! Bagaimana hasilnya?" tanya Dokter Irwan
ketika masuk ke ruang pemeriksaan.
Viona yang tersadar dari lamunanku pun langsung membenarkan
posisi duduknya.
"Sudah, Dok. Hasilnya positif dan kondisi tubuhnya pun
siap untuk mendonorkan darah." jelas suster.
"Oke, beritahukan pada Dokter Hendra untuk segera
siapkan ruangan operasi" Dokter Irwan bernapas legah, ia sendiri yang akan
mengambil darah Viona.
"Baik, Dok" Suster pun bergegas melakukan perintah
Dokter Irwan.
"Anda siap, Nona?" tanya Dokter Irwan
"Ya" sahur Viona singkat.
"Baik, kita akan lakukannya sekarang" Dokter Irwan
mulai mengeluarkan peralatannya.
Pelan namun pasti, Dokter Irwan mengikat Torniquet pada
lengan Viona. Dokter tampan itu pun mulai mengambil jarum, mencari nadi dan
hendak menyuntikannya pada lengan Viona.
"Tunggu sebentar," ucap Viona. Menghentikan
pergerakan tangan Dokter Irwan,
Irwan menatap Viona penuh tanya.
"Aku minta imbalan" ucap Viona cepat.
"Maksud, Anda?" tanya Dokter Irwan, tak paham
maksud Viona.
"Aku akan mendonorkan darahku asal aku dibayar"
Viona berucap dengan tidak tahu malunya.
Tidak peduli harga diri, selama semuanya demi sang nenek,
Viona rela melakukan apapun, termasuk menjual daranya sendiri.
Dokter Irwan menatap minus pada Viona, tadinya ia pikir, Viona
adalah dewi penolong yang baik hati dan rajin menabung amal. Tapi ternyata
Dokter Irwan salah, Viona hanyalah gadis mata duitan yang suka mengambil
kesempatan dalam kesempitan.
"Katakan berapa banyak yang Anda minta?" Nada
bicara Dokter Irwan mulai berbeda dari sebelumnya.
"Seratus juta" sahut Viona mantap.
Gadis itu telah memperhitungkan semuanya. Viona berencana
akan mengantarkan Nenek Utari pada kerabat jauhnya di kampung.
Sisa uang dari operasi, Viona akan berikan pada sang nenek
sebagai bekal di kampung dan Viona sendiri akan kembali ke kota untuk bekerja
agar bisa memberikan uang pada sang nenek tiap bulannya.
"Jangankan seratus juga, satu pulau pun bisa Anda
dapatkan, Nona. Sekarang biarkan saya mengambil darah Anda."
"Tidak bisa, saya mau melakukannya setelah transferan
masuk kerekening ke saya"
"Apakah Anda sedang mempermainkan pasien saya? Tahukah
Anda dengan siapa Anda berurusan saat ini?" Dokter Irwan mulai tersulut
emosi dengan tingkah Viona.
"Saya tidak peduli, mau ditransfer sekarang atau tidak
ada pendonoran darah sama sekali?" ucap Viona tegas.
Viona idak takut sedikitpun dengan ucapan Dokter Irwan.
Pikir Viona, orang kaya pada umumnya sombong dan tidak peduli, bagaimana jika
setelah mendonorkan darah, dirinya tidak mendapatkan bayaran sepeserpun.
Dokter Irwan menarik napas dalam dan membuangnya pelan,
berusaha mengontrol emosinya.
"Baiklah, tunggu disini sebentar" ucap Dokter
Irwan dengan rahang mengeras. Pria itu berjalan keluar ruangan, sambil
mengeluarkan ponsel dari saku celananya.
Penutup
Bagaimana? apakah anda penasaran dengan kelanjutan
ceritanya? Pasti nya ketagihan dong, baiklah mari kita lanjut membaca ke bab
selanjut nya yaitu Bab 17 Novel Pernikahan Yang Tak Dianggap
Posting Komentar untuk "Bab 16 Novel Pernikahan Yang Tak Dianggap "