Bab 162 Pernikahan Yang Tak Dianggap
Novel berjudul Pernikahan Yang Tak Dianggap adalah sebuah novel yang bergenre romantic, banyak orang yang dibuat ketagihan untuk membaca novel ini, novel ini sangat terkenal karena jutaan orang telah membaca novel ini dan merasa puas.
Novel ini dapat membuat guncangan emosi yang kuat bagi
pembacanya, karena di setiap alur ceritanya membuat pembaca semakin ingin tau
kelanjutan dari cerita nya.
Teman – teman pasti penasaran dengan ceritanya bukan? Pada kali
ini saya akan memperkenalkan dan memberikan novel Pernikahan Yang Tak Dianggap,
Kami yakin anda pasti akan suka dengan novel ini, mari kita simak bersama novel
berikut ini.
Novel Pernikahan Yang Tak Dianggap Bab 162
Viona tersenyum mengangguk menanggapi ucapan Kinara, lalu
berjalan ke arah suaminya dan David.
Setelah berpamitan pada David, Viona dan Alex pun langsung
berjalan keluar ruangan.
.
.
"Sayang, apa kamu mau jalan-jalan ketaman?" tanya
David. Kini hanya tinggal dirinya dan Kinara di dalam ruang rawat.
Kinara mengangguk setuju, sudah hampir dua hari ia terkurung
dalam ruang itu, rasanya Kinara sudah sangat bosan.
"Baiklah, tunggu sebentar aku akan ambilkan kursi roda
untukmu," ucap David lalu hendak melangkah pergi. Namun, Kinara menahan
lengannya.
"Kenapa, kamu tidak mau keluar jalan-jalan?"
"Mau"
"Ya udah, tunggu sebentar disini aku ambilkan kursi
roda," David kembali melangkah. Namun, lagi-lagi Kinara menahanya.
"Ada apa, Sayang? Aku hanya pergi sebentar, sabar
ya." David mengecup kening gadis itu dan langsung melangkah pergi. Pikir
David, Kinara sudah sangat mencintai dirinya sampai-sampai gadis itu tidak ingin
berpisah dengannya walau hanya sedetik saja.
Kinara membuang napas kasar sambil melihat kepergian David,
padahal Kinara ingin bilang, tidak perlu memakai kursi roda karena yang sakit
rahangnya, buka kakinya.
Susah juga ya kalo nggak bisa ngomong gini. Kinara jadi
memikirkan orang-orang yang bisu. Apa mungkin ini yang mereka rasakan saat
seseorang tidak paham apa yang mereka maksud? Gadis itu bertanya-tanya sendiri
dalam hatinya.
Beberapa menit David pergi, pria itu kembali sambil
mendorong sebuah kursi roda.
"Duduk sini, Sayang" David menuntun Kinara ke
kursi roda penuh kelembutan. "Sudah siap?" tanya David setelah
mendudukan Kinara dengan baik dan menggantungkan botol infus dengan
benar.
Kinara mengangguk pasrah.
"Ayo berangkat" ucap David dan mulai mendorong
Kinara keluar ruangan.
Ketika melewati meja resepsionis, Kinara meminta David
berhenti sebentar.
"Ada apa, sayang? Kamu butuh sesuatu?" tanya
David.
Kinara mengangguk lalu memberi isyarat pada David bahwa
dirinya ingin menulis sesuatu.
"Oh, kamu ingin menulis sesuatu?" tanya David
lagi, Kinara pun kembali mengganggu.
"Baiklah, tunggu sebentar ya." ucap David lalu
pergi meminjam selembar kertas kosong dan sebuah pulpen.
David kembali dan langsung memberikan apa yang Kinara
butuhkan. "Ini" ucapnya.
Kinara menerimanya dan langsung menulis sebuah kata disana.
"JALAN"
"Siap, Tuan Putri" ucap David lalu kembali
mendorong kursi roda.
.
.
Kini, pasangan kekasih itu telah sampai ke taman rumah
sakit. David mencari tempat duduk yang sepi dan nyaman agar ai bisa leluasa
bercerita dengan gadisnya.
"Kamu suka disini?" tanya David.
Kinara mengangguk, walau hanya taman rumah sakit, setidaknya
disitu jauh lebih baik daripada harus terus di ruangan rawat. Gadis berjiwa
petualangan seperti Kinara tidak akan betah berada lama-lama didalam ruangan
tertutup.
Kinara menghirup udah sebentar lalu mulai menuliskan sesuatu
di kertas.
"Berhenti memanggil aku sayang, diantara kita belum ada
kejelasan apa-apa. Sejak kejadian itu, belum ada klasifikasi ataupun kata MAAF
dari kamu," Kinara sengaja menulis kata-kata itu untuk melampiaskan
kekesalannya sekaligus ingin tahu reaksi David.
Wajah David yang sejak tadi cerah dan terang benderang
seperti terik matahari siang ini langsung menghilang dalam sekejap, pria itu
menelan salivanya berkali-kali setelah membaca tulisan Kinara.
Semua yang dikatakan Kinara benar adanya, David memang belum
meminta maaf dan mejelaskan segala sesuatunya pada Kinara. David memang akan
minta maaf, tapi bukan sekarang waktunya.
David mengambil pulpen dan kertas dari tangan Kinara lalu
menyimpannya di atas kursi panjang yang ia duduk.
David menggenggam sebelah tangan Kinara yang tidak diinfus,
pria itu mengecupnya tiga kali berturut-turut.
"Maaf untuk semua kesalahan yang sudah aku lakukan,
terserah kamu menganggap hubungan kita seperti apa. Yang pasti aku sayang, aku
cinta dan aku ingin segera menikahimu" David berbicara mengalir tanpa
tersendat sedikit pun.
Kinara mengangkat kedua alus mendengar ucapan David.
Menikah? Apa mungkin si Om sedang melamarku? Gadis itu merasa senang sekaligus
deg degan menanti David akan mengeluarkan sebuah cincin dan menyematkan pada
jadinya.
"Jangan berharap ada cincin apalagi acara lamaran,
karena aku pengen kita langsung menikah saja" Ucapan David seketika
menghilangkan rasa deg degan Kinara, gadis itu langsung memasang wajah
cemberut.
Sirnah sudah impian Kinara yang ingin dilamar seperti di
vidio-vidio yang sering ia tonton. Walau tidak seromantis dan wow dalam vidio
yang ia tonton, tapi setidaknya David memberinya sebuah cincin sambil berkata
'Will you marry me' Kinara semakin memincungkan bibirnya saat memikirkan semua
itu.…..(Bersambung)
Penutup
Bagaimana? apakah anda penasaran dengan kelanjutan
ceritanya? Pasti nya ketagihan dong, baiklah mari kita lanjut membaca ke bab
selanjut nya yaitu Bab 163 Novel Pernikahan Yang Tak Dianggap
Posting Komentar untuk "Bab 162 Pernikahan Yang Tak Dianggap "