Bab 167 Pernikahan Yang Tak Dianggap
Novel berjudul Pernikahan Yang Tak Dianggap adalah sebuah novel yang bergenre romantic, banyak orang yang dibuat ketagihan untuk membaca novel ini, novel ini sangat terkenal karena jutaan orang telah membaca novel ini dan merasa puas.
Novel ini dapat membuat guncangan emosi yang kuat bagi
pembacanya, karena di setiap alur ceritanya membuat pembaca semakin ingin tau
kelanjutan dari cerita nya.
Teman – teman pasti penasaran dengan ceritanya bukan? Pada kali
ini saya akan memperkenalkan dan memberikan novel Pernikahan Yang Tak Dianggap,
Kami yakin anda pasti akan suka dengan novel ini, mari kita simak bersama novel
berikut ini.
Novel Pernikahan Yang Tak Dianggap Bab 167
Keesokan harinya, Kinara bangun pagi-pagi sekali dan
langsung turun kebawa. Ketika sampai pertengahan tangga, gadis itu dikejutkan
dengan keadaan ruang tamu yang terlihat sangat indah dipandang mata.
Kinara berjalan turun tangga dengan mata berbinar, senyuman
bahagia tidak terlepas dari bibir gadis itu.
"Apa aku sedang bermimpi?" ucap Kinara sambil
menyentuh satu persatu bunga mawar putih segar yang telah memenuhi setiap sudut
ruang itu.
Kinara merentangkan kedua tangan dan berputar-putar ala-ala
wanita india yang sedang bernyanyi.
Tawa bahagia terdengar jelas dari mulut gadis itu, sambil
bersenandung ria, Kinara terus memutari meja akad nikah yang telah dihias
dengan sangat indah.
Sungguh hati Kinara sangat bahagia melihat dekorasi ruangan
itu, nuansa putih yang mendominan menyejukan perasaan siapapun yang melihatnya.
"Kamu ngapain muter-muter begitu?" tanya David
membuat Kinara langsung menghentikan aksinya.
Dengan posisi kedua tangan tetap terentang, Kinara perlahan
memutar lehernya dan melihat ke arah sumber suami. Kinara terkejut dan langsung
salah tingkah, gadis itu menggaruk-garuk tengkuknya sambil menampakan seluruh
gigih putihnya.
"Hehehehe, Ayah sama Om ngapain disini?" tanya
Kinara masih dengan tingkah malu-malu.
Mendengar pertanyaan Kinara, David melototkan kedua matanya,
sementara Pak Bambang celinga celingu mencari sosok Om yang dimaksud oleh
Kinara.
"Om siapa Nah? Disini hanya ada ayah dan Nak David"
sahut Pak Bambang setelah memastikan disekitaran mereka tidak ada orang lain
lagi.
"Maksud Nara, Ayah sama Kak David" Kinara
memperbaiki ucapannya. Selama ini, Kinara memanggil David dengan sebutan Om
disaat mereka hanya berdua. Jika di depan sang ayah, Kinara akan memanggil
David dengan sebutan Kakak atau Tuan. Begitupun didepan Misel.
"Ayah ngapain pagi-pagi udah berduaan sama Kak
David?" tanya Kinara.
"Ayah sama Nak David cari kamu untuk membicarakan
sesuatu" jelas Pak Bambang. "Ayo ikut Ayah" timpanya.
Kinara mengangguk setuju dan mereka semua pun berjalan
beriringan menuju ruangan kerja David, disana sudah ada Misel yang telah
duduk menunggu mereka.
"Nara, barusan Nak David melamarmu dan meminta ijin
pada ayah untuk menikahimu. Apakah kamu bersedia menikah dengan Nak
David?" tanya Pak Bambang.
Saat ini mereka telah berada di ruang kerja David, dengan
posisi duduk, Pak Bambang diapit oleh Kinara dan Misel ditengah sementara David
duduk di sofa tunggal.
Kinara mengubah posisi duduk dan menghadap Pak Bambang.
"Ayah, jika Ayah merestui Nara, maka Nara bersedia menikah" Gadis itu
menggenggam erat kedua tangan sang ayah.
"Menikah lah, Nak. Ayah akan merestuimu dan mendoakan
untuk kebahagiaanmu."
"Terima kasih, Ayah." ucap Kinara dengan mata
berkaca-kaca. "Nara janji tidak akan meninggalkan ayah walau sudah
menikah" timpanya.
"Tidak perlu dijelaskan, Nak. Ayah tau itu, putri ayan
gadis yang baik, mana mungkin meninggalkan ayah." Pak Babang tersenyum
sambil menghapus air mata Kinara yang telah menetes membasahi pipinya.
"Ayah" lirih Kinara. Gadis itu memeluk sang ayah
erat. Pak Bambang mengusap bahu putrinya pelan, meski hati pria tua itu hancur
karena akan melepas sang anak menikah. Pak Bambang berusaha kuat dan
menahan diri agar tidak ikut menangis.
"Jadi kamu bersedia jadi iparku?" tanya Misel
setalah pasangan ayah dan anak itu melepas pelukan mereka.
Kinara mengangguk malu-malu.
"Yeeiii, akhirnya Kakakku bisa melepas statusnya
sebagai duda karatan" terima Misih penuh kegirangan.
David membulatkan kedua matanya mendengar ucapan sang adik,
andai tidak ada Pak Bambang disana, mungkin David sudah menyumpal mulut adiknya
yang suka asal bicara.
Pak Bambang tersenyum, sementara Kinara berusaha keras
menahan tawa.…..(Bersambung)
Penutup
Bagaimana? apakah anda penasaran dengan kelanjutan
ceritanya? Pasti nya ketagihan dong, baiklah mari kita lanjut membaca ke bab
selanjut nya yaitu Bab 168 Novel Pernikahan Yang Tak Dianggap
Posting Komentar untuk "Bab 167 Pernikahan Yang Tak Dianggap "