Bab 19 Pernikahan Yang Tak Dianggap
Novel berjudul Pernikahan Yang Tak Dianggap adalah sebuah novel yang bergenre romantic,comedi dan fiksi banyak orang yang dibuat ketagihan untuk membaca novel ini, novel ini sangat terkenal karena jutaan orang telah membaca novel ini dan merasa puas.
Novel ini dapat membuat guncangan emosi yang kuat bagi
pembacanya, karena di setiap alur ceritanya membuat pembaca semakin ingin tau
kelanjutan dari cerita nya.
Teman – teman pasti penasaran dengan ceritanya bukan? Pada
kali ini saya akan memperkenalkan dan memberikan novel Pernikahan Yang Tak Dianggap,
Kami yakin anda pasti akan suka dengan novel ini, mari kita simak bersama novel
berikut ini.
Novel Pernikahan Yang Tak Dianggap Bab 19
Dokter Irwan berjalan beriringan bersama keluarga Emeraldi
menuju ruangan dimana Viona beristirahat. Nyonya Veronika sudah tak sabar ingin
bertemu penyelamat anaknya.
"Siapapun dia, entah itu pria atau pun wanita, aku akan
memberikan apapun yang dia minta dan memenuhi semua kebutuhannya. Bila perlu,
aku akan mengangkatnya menjadi keluargaku." Batin Nyonya Veronika,
mengingat kejadian hari ini begitu menegangkan. Wanita paruh baya itu sangat
bersyukur ada orang berhati malaikat yang mau menolong anaknya.
Langkah kaki mereka semua terhenti di depan sebuah pintu
ruangan, perlahan namum pasti, Dokter Irwan mengetuk pintu sebelum akhirnya
memutar handle pintu.
![]() |
Bab 19 Pernikahan Yang Tak Dianggap |
"Suster! Kemana Nona pendonor darah tadi?" tanya
Dokter Irwan, ketika mendapati ruangan itu hanya ada seorang suster yang sedang
membereskan ruangan tersebut.
"Sudah pulang, Dok. Katanya ada urusan penting."
sahut suter.
"Kenapa tidak ditahan, dia baru saja kehilangan banyak
darah, bagaimana kalau dia pingsan dijalanan?"
"Sudah saya tahan, Dok. Tapi orangnya ngotot minta
pulang. Katanya apapun yang terjadi padanya bukan lagi tanggung jawab
kita" jelas suster sesuai ucapan Viona sebelum pergi.
"Ceroboh, apa jaminannya dia tidak akan menuntut
kita?" Dokter Irwan merasa kesal sekaligus khawatir, mengingat kelakuan
Viona yang meminta imbalan sebelum donor darah, tidak menutup kemungkinan gadis
itu bisa menuntut pihak rumah sakit jika terjadi sesuatu padanya.
Ditambah lagi dengan pesan singkat dari David. Ah, kemarahan
seperti apalagi yang akan ia terima dari David.
"Maaf Tante, ternyata orang sudah pergi sebelum kita
sampai disini" Dokter Irwan merasa tak enak.
"Tidak masalah, kalo boleh, saya minta identitasnya,
saya sendiri yang akan mencarinya nanti." Meski sedikit kecewa, Nyonya
Veronika akan berusaha menemukan orang berhati malaikat itu.
"Baik, segera akan saya kirimkan pada pada,
Tante."
Nyonya Veronika pun berpamitan pulang ke rumah.
****************
Viona menumpangi kendaraan umum, kepalanya masih sedikit
pusing. Namun, semangatnya untuk kesembuhan sang nenek mengalahkan segalanya.
Viona menuju rumah sakit umum tempat biasa neneknya
melakukan pencucian darah, Viona ingin bertemu dokter dan meminta neneknya
segera dioperasi.
Setelah menempuh jarak hingga tiga puluh menit, Viona
menghentikan angkot yang ia tumpangi tepat di depan rumah sakit. Gadis itu
berjalan masuk, sepanjang koridor menuju ruangan dokter, senyum bahagia tak
terlepas dari bibirnya.
Untunglah dokter sedang tidak menangani pasien, sehingga
Viona bisa langsung menyampaikan niat baiknya.
.
Setelah berbicara dengan dokter, Viona bergegas pulang ke
rumah. Operasi sang nenek telah dijadwalkan dua minggu lagi, Viona harus pulang
ke kampung halaman nenek untuk menjemput salah satu kerabat yang telah bersedia
mendonorkan ginjalnya pada Nenek Uti.
Sebelumnya, Viona telah menghubungi semua kerabat nenek dan
salah satu yang kebetulan golongan darahnya sama dengan sang nenek bersedia
mendonorkan ginjalnya.
Gadis itu kembali menumpangi angkot dan pulang ke rumah.
"Nek, Nenek." panggil Viona dengan suara sedikit
meninggi, ketika sampai di rumah.
"Nenek disini, Nak. Jangan teriak-teriak nanti
tenggorokanmu sakit" sahut sang nenek. Wanita tua itu sedang duduk
dibangku panjang yang berada di taman belakang.
Rumah yang ditinggali oleh Nenek Uti adalah rumah yang
diberikan oleh mendingan Kakek Volcan, rumah minimalis, hanya satu lantai.
Namun, memiliki halaman depan dan tamba belakang yang cukup luas. Kakek Volca
sengaja memilih rumah tersebut, agar nenek Viona tidak merasa pengap dan bosan.
Rumah itu juga dilengkapi dengan segala macam fasilitas,
termasuk satu orang suster jaga dan satu orang asisten rumah tangga. Keduanya
telah dibayar lunas hingga lima tahun kedepan.
Kakek Volcan juga membuat sebuah rekening khusu untuk Nenek
Uti dan nomor rekening tersebutlah yang slalu dibawa Viona kemana-kemana.
"Selama yang Vio panggil itu, Nenek. Tenggorokan Vio
akan baik-baik saja." Viona memeluk sayang nenek dari samping.
"Nenek udah makan?" tanya Viona sambil mendudukan
pantatnya di samping sang nenek.
"Sudah, baru saja selesai. Kamu sudah makan belum? Ayok
nenek temani" Dengan kondisinya sekarang hanya itu yang bisa nenek berikan
untuk cucu kesayangan.
"Vio belum lapar, Nek. Nanti Vio makan, sekarang ada
hal penting yang mau Vio bicarakan sama Nenek."
"Hal penting apa?" Nenek mengusap lembut rambut
Viona sambil membetulkan anak rambutnya yang berantakan.
"Vio udah dapat uang untuk operasi, Nenek." Viona
menggenggam erat tangan neneknya.
"Dari mana kamu dapat uang sebanyak itu, Nak?"
tanya nenek.
"Da-dari" Viona enggan menjawab.
Nenek melepas genggaman tangan Viona, wanita tua itu
mengubah posisi duduk dan menatap lurus kedepan.
"Nenek tidak butuh apa-apa lagi, nenek pun tidak butuh
sebuh. Untuk apa nenek sembuh jika harus mengorban cucu nenek sendiri?"
Air mata nenek mengalir membasahi pipinya. Nenek tua tidak ingin cucunya
berkorban lagi demi dirinya.
"Nek, Vio sayang sama Nenek. Vio butuh nenek, Vio ingin
hidup bersama nenek lebih lama" ucap Viona dengan nada bergetar.
Gadis itu berdiri dan duduk berjongkok didepan sang nenek.
Viona kembali meraih kedua tangan neneknya.
"Dengarkan Vio, Nek. Kali ini Vio tidak mengorbankan
diri apalagi berhutang"
"Kamu tidak berbohong pada, nenek?" tanya nenek
dengan wajah sendu.
"Tentu tidak Nek, percaya sama Vio. Vio janji akan
menceritakan semuanya pada Nenek, tapi setelah operasinya selesai" Viona
berusaha menyakinkan neneknya.
"Maafkan Nenek karena selalu merepotkanmu"
"Suttt, jangan bicara begitu, Nek. Vio cucu Nenek,
apapun akan Vio lakukan demi Nenek" Viona memeluk erat neneknya.
Nenek Uti merasa terharu, anak yang ia besarkan dengan penuh
kasih sayang, kini telah membalas semua kebaikannya, bahkan lebih dari yang ia
harapkan.
"Ayo masuk, temani Vio makan. Cacing diperut Vio udah
teriak minta makanan" ajak Viona setelah melepas pelukan mereka. Kedua
wanita beda generasi itu pun berjalan menuju meja makan.
Penutup
Bagaimana? apakah anda penasaran dengan kelanjutan
ceritanya? Pasti nya ketagihan dong, baiklah mari kita lanjut membaca ke bab
selanjut nya yaitu Bab 20 Novel Pernikahan Yang Tak Dianggap
Posting Komentar untuk "Bab 19 Pernikahan Yang Tak Dianggap "