Bab 20 Pernikahan Yang Tak Dianggap
Novel berjudul Pernikahan Yang Tak Dianggap adalah sebuah novel yang bergenre romantic,comedi dan fiksi banyak orang yang dibuat ketagihan untuk membaca novel ini, novel ini sangat terkenal karena jutaan orang telah membaca novel ini dan merasa puas.
Novel ini dapat membuat guncangan emosi yang kuat bagi
pembacanya, karena di setiap alur ceritanya membuat pembaca semakin ingin tau
kelanjutan dari cerita nya.
Teman – teman pasti penasaran dengan ceritanya bukan? Pada
kali ini saya akan memperkenalkan dan memberikan novel Pernikahan Yang Tak Dianggap,
Kami yakin anda pasti akan suka dengan novel ini, mari kita simak bersama novel
berikut ini.
Novel Pernikahan Yang Tak Dianggap Bab 20
David memarkirkan mobilnya dengan kasar, wajahnya terlihat
kesal. Macet kali ini benar-benar membuatnya tertahan di tengah jalan.
David keluar dari mobilnya, pria itu melangkah lebar masuk
ke rumah sakit.
"Dimana Dokter Irwan?" tanya David pada
resepsionis.
"Sedang memeriksa kondisi Tuan Winston" sahut
suster jaga yang telah mengenali David.
Pria pemilik tinggi badan hingga 172cm itu pergi begitu saja
setelah mendapatkan jawaban dari petugas resepsionis.
![]() |
Bab 20 Pernikahan Yang Tak Dianggap |
"David" ucap Dokter Irwan sedikit kaget. Saat
keluar dari ruangan Alex, David telah berdiri menunggunya di depan pintu.
"Bagaimana kondisinya?" tanya David.
"Sudah membaik, tinggal menunggu kapan dia akan
sadar" jelas Dokter Irwan.
"Lalu, dimana pendonor itu?"
"Sudah pergi"
"Kenapa? Bukankah aku memintamu untuk menahannya?"
"Ya, tapi orangnya mengatakan ada urusan penting yang
harus dia selesaikan, saya tidak punya wewenang untuk menahannya lebih lama
disini"
"Cih, dasar tidak becus, menyingkirlah dari
sini." David merasa kesal.
"Salah Anda sendiri, Tuan. Kenapa perginya begitu
lama?" ucap Dokter Irwan pelan. Namun, masih bisa didengar oleh David.
"Apa katamu?"
"Tidak ada, Tuan David. Permisi saya mau melanjutkan
pekerjaan saya"
"Kau …." David mengambil ancang-ancang hendak meninju
Dokter Irwan.
"Dokter Irwan, pasiennya sudah siuman"
Ucapan suster yang baru keluar dari ruangan Alex itu
langsung mengalihkan perhatian David dan Irwan.
Keduanya saling pandang dan berebutan ingin masuk melihat
Alex.
"Menyingkirlah, saya mau lihat kondisi Bos saya."
ucap David, kedua masi dengan posisi tarik menarik.
"Saya juga mau lihat kondisi, Alex" sahut Dokter
Irwan tak mau kalah.
"Siapa Anda?"
"Saya sahabatnya, Anda yang siapa?"
"Saya Asistennya, saya berhak masuk!"
Kedua pria itu terus saja berdebat, tidak ada satupun yang
mau mengalah.
Suster tampak bingung melihat kelakuan dua pria di
hadapannya itu.
"Maaf, Dok. Pasiennya harus segera diperiksa"
Lagi-lagi ucapa suster menghentikan aksi kedua pria itu.
Irwan merasa dirinya bodoh, mengapa ia harus berebutan
dengan David? Bukankah dirinya yang lebih berhak masuk?
"Minggir nggak? Atau Elu mau kondisi Alex drop
lagi?" ancam Dokter Irwan.
David mundur teratur dan memberi jalan untuk Irwan.
"Hubungi Tante Vero, bilang Alex sudah siuman.
SEKARANG!" Irwan merasa puas bisa membentak dan menyuruh David. Pria itu
melangkah masuk ke ruang Alex dengan ekspresi wajah mengejek.
Sementara, David ingin sekali meninju wajah songong Irwan.
Entah kenapa, dua pria itu tidak pernah akur.
Dimanapun mereka bertemu, pasti akan
selalu ada perdebatan dan tarik menarik seperti bocah.
*****
Waktu terus berjalan, tanpa terasa satu bulan telah berlalu.
Operasi Nenek Uti berjalan dengan lancar, masa pemulihan pun dilalui dengan
baik. Tinggal mengkonsumsi beberapa obat-obatan lagi, Nenek Uti akan terlepas
dari penyakit yang menyiksanya selama ini.
Viona telah mengantar sang nenek ke kampung, menurutnya,
dimasa-masa penyembuhan seperti itu, suasana kampung lebih cocok dan makannya
pun lebih higienis untuk dikonsumsi.
Viona tak ingin membuang waktu, ia ingin segera kembali ke
kota dan mencari pekerjaan.
"Vio kembali ke kota ya, Nek. Vio janji akan
sering-sering pulang kesini" pamit Viona.
"Pergilah, kejar masa depanmu. Maaf karena nenek tidak
bisa memberi kehidupan yang layak untukmu" Nenek tua merasa berat
melepaskan cucunya. Namun, ia juga tidak punya pilihan, jika terus bersama,
hanya akan menyulitkan Viona.
"Berjanjilah satu hal pada nenek, kamu harus selalu
bahagia. Jika merasa lelah, kembalilah, nenek akan selalu menunggumu
disini" Nenek Uti berusaha menahan diri agar tidak menangis didepan
cucunya.
"Nenek" Viona memeluk erat neneknya, selama hampir
sua puluh tahun bersama, ini kali pertamanya ia akan benar-benar jauh dari sang
nenek.
Viona pun kembali ke kota dengan segala kesedihannya.
********
Sementara, Alex sendiri telah pulih dan sudah kembali
beraktivitas seperti biasa, walau bekas luka di kepalanya belum hilang, Alex
menutupinya dengan plester luka.
David telah menceritakan semua kejadian saat Alex
kecelakaan, tentang masa kritisnya, tentang kepanikan semua keluarga dan
tentang malaikat penyelamat yang muncul tiba-tiba dan meminta imbalan sebesar
seratus juta.
Alex tampak penasaran, siapa orang itu? . Tak ingin menunggu
lama, pagi itu juga Alex mengajak David menuju alamat rumah yang tertera dalam
nomer rekening yang dikasih viona waktu itu.
Sedan hitam milik Alex berhenti tepat di depan sebuah rumah
minimalis, Alex dan David keluar dari mobil, pandangan keduanya menyapu
sekitaran area perumahan itu.
"Vid, benar ini alamatnya?" tanya Alex memastikan.
"Benar, Bos" sahut David pasti.
Kedua pria itu melangkah menuju pintu rumah tersebut,
beberapa kali mengetuk namun tak ada seorang pun yang membukakan pintu.
"Sepertinya tidak ada orang didalam, Bos" ucap
David, setelah memastikan rumah tersebut tak berpenghuni.
Selang beberapa detik kemudian, Alex tak sengaja melihat
seorang ibu-ibu sedang menyapu teras rumahnya. Alex pun bergegas menghampiri
ibu tersebut.
"Permisi, Buk. Numpang tanya" ucap Alex sopan.
"Iya, silakan?" sahut si ibu.
"Apa Ibu kenal Sri Utari yang tinggal di rumah
sebelah?"
"Sri Utami? Maksudnya Nenek Uti?" Ibu tersebut
balik bertanya.
"Nenek?" Alex sedikit kaget ketika mendengar
sebutan nenek. Menurut info yang mereka dapat dari Irwan, si pendonor adalah
seorang gadis muda.
"Iyah, Nenek
Uti. Yang tinggal di rumah itu hanya Nenek Uti dan dua orang pengasuhnya" jelas si ibu.
Alex terdiam, ia merasa Irwan telah mempermainkannya.
"Terima kasih banyak atas infonya, Buk. kami permisi pulang" David menggantikan
Alex berpamitan pulang.
Melihat ekspresi Bosnya, sepertinya Irwan dalam masalah
besar.
Dalam perjalanan pulang, hingga tiba di kantor, Alex tidak
berucap apapun, entah karena marah terhadap Irwan atau karena kecewa tidak
berhasil menemukan penyelamatnya.
.
"Bawa bajingan itu ke hadapanku" ucap Alex setelah
mereka tiba di kantor.
David yang paham akan maksud Bosnya, langsung memutar balik
kemudi dan menjemput bajiangan yang dimaksud oleh Alex.
Penutup
Bagaimana? apakah anda penasaran dengan kelanjutan
ceritanya? Pasti nya ketagihan dong, baiklah mari kita lanjut membaca ke bab
selanjut nya yaitu Bab 21 Novel Pernikahan Yang Tak Dianggap
Posting Komentar untuk "Bab 20 Pernikahan Yang Tak Dianggap "