Bab 23 Pernikahan Yang Tak Dianggap
Novel berjudul Pernikahan Yang Tak Dianggap adalah sebuah novel yang bergenre romantic,comedi dan fiksi banyak orang yang dibuat ketagihan untuk membaca novel ini, novel ini sangat terkenal karena jutaan orang telah membaca novel ini dan merasa puas.
Novel ini dapat membuat guncangan emosi yang kuat bagi
pembacanya, karena di setiap alur ceritanya membuat pembaca semakin ingin tau
kelanjutan dari cerita nya.
Teman – teman pasti penasaran dengan ceritanya bukan? Pada
kali ini saya akan memperkenalkan dan memberikan novel Pernikahan Yang Tak Dianggap,
Kami yakin anda pasti akan suka dengan novel ini, mari kita simak bersama novel
berikut ini.
Novel Pernikahan Yang Tak Dianggap Bab 23
Dalam sebuah gedung kantor mewah, Viona berjalan masuk
dengan saat hati-hati. Rok span hitam selutut dan kameja putih lengan panjang
menjadi pilihanya hari ini, meski rambut hanya dikuncir kuda, Viona tetap
terlihat cantik dan rapih. Tak lupa dengan sepatu teplek hitam yang melekat
dikakinya.
Viona sedikit tak percaya diri ketika melihat pantulan
dirinya dimana-mana, tentu karena setiap dinding gedung megah itu terbuat dari
kaca transparan.
"Permisi, apa benar disini ada lowongan untuk bagian
keuangan?" tanya Viona pada bagian resepsionis.
"Iya benar, Mbaknya langsung saja ke lantai tiga. Dari
sini lurus aja, disebelah kirinya ada lift, mbak bisa gunakan lift itu"
jelas petugas resepsionis sambil menjuk arah jalan.
"Makasi ya, Mbak" sahut Viona rama, ia pun berjalan sesuai petunjuk.
![]() |
Bab 23 Pernikahan Yang Tak Dianggap |
Rapat akhir tahun akan segera tiba, divisi keuangan yang kekurangan tegana kerja pun mengadakan perekrutan karyawan dadakan. Siapapun yang berminat dan sesuai kriteria, langsung menuju lokasi untuk interview, tentu dengan mambawa CV (Curriculum Vitae) mereka masing-masing.
Untuk interview kali ini, calon karyawan bukan hanya
diwawancara, tapi juga langsung disuruh mengejarkan laporan keuangan.
Dalam antrian panjang yang terdapat sekitaran dua puluhan
calon karyawan baru itu, Viona ikut menunggu dengan sabar. Satu persatu semua
nama telah dipanggil, namun nama Viona Anandita belum juga disebut.
Gadis itu merasa sedikit heran, mengapa dirinya belum
dipanggil? Padahalkan Viona datang lebih awal dan CVnya pun telah diserahkan
sejak tadi.
Hingga habis antria panjang itu, tetap saja namanya tidak
dipangil-panggil. Viona yang tak ingin mati karena menunggu pun, langsung
bertanya.
"Pak, kenapa nama saya belum di panggil, ya?"
tanya Viona.
"Maaf, Buk. Sepertinya Ibu sedikit salah dalam membaca
informasi. Disini tertulis kami membutuhkan karyawan lulusan S1, bukan
SMA" jelas karya pria itu sopan.
Viona tak bisa berkata-kata, ia merasa sangat malu.
Bagaimana bisa dirinya melewat bagian yang begitu penting, jika saja ia punya
ilmu sihir, mungkin Viona akan langsung menghilang dari sana saat itu juga.
Dengan rasa kecewa dan malu, Viona berbalik dan melangkah
hendak pulang.
"Hei kamu, kenapa masi berlama-lama disitu? Cepat masuk
waktunya hampir habis" panggil seorang pria berusia sekitar enam puluhan
tahun. Diketahui, pria tersebut merupakan kepala divisi keuangan.
"Ah, saya?" tanya Viona dengan wajah bingung.
"Ya, kamu. Cepat masuk"
"Tapi saya …."
"Tidak ada tapi-tepi cepatan masuk."
Viona yang tak ada kesempatan untuk menjelaskan pun ikut
masuk keruangan tes. Jemari gadis itu menarih indah diatas kyeboard komputer,
dengan cekatan ia menyelesaiakan beberapa berkas yang tersimpan dihadapannya.
Saat sekolah dulu, Viona cukup pintar dalam bidang
akuntansi, ditamba ia sering membantu mantan bos dulu saat mengerjakan laporan
keuangan, Viona banyak belajar dari sana.
Viona menyesaikan perkerjaannya lebih cepat dari waktu yang
ditentukan. Karena hanya tersisa dirinya, Viona langsung mengantarkan hasil
kerjanya.
Kepala divisi memeriksa hasil kerja Viona, ia memperhatikan
hasil kerja Viona dan CVnya bergantian. Seakan tidak percaya, pria itu pun
bertanya.
"Kamu benaran hanya lulusan SMA?"
"Iya benar, maafkan saya, Pak. Harusnya saya tidak ikut
ambil bagian dalam tes ini" sahut Viona merasa tak enak.
"Tidak-tidak, bukan begitu maksud saya. Apa Sebelumnya
kamu pernah kerja?" tanya kepala divisi lagi.
"Ya, saya pernah bekerja, tapi sebagai pelayan
restoran" jawab Viona jujur.
"Lalu bagaimana kamu bisa menyelesaikan semua
ini?"
"Dulu saya sering membantu atasan saya mengerjak
laporan keuangan, jadi saya banyak belajar dari sana" jelas Viona.
Kepala Divisi berpikir sejenak, dari 20 orang lebih yang
ikut tes, hanya hasil Viona yang paling tepat dan rapih. Kepala Divisi itu
berdiri lalu mengulurkan tanganya pada Viona.
"Selamat bergabung di Emerald Group"
Viona menyambut uluran tangan itu dengan muka bingung.
"Maksud, Bapak?"
"Kamu diterima disini, mulailah bekerja besok"
"Tapi, Pak. Saya hanya lulusan SMA"
"Jika yang berpengalam lebih berkompeten dari yng
bertitel kenapa tidak? Tapi maaf, mungkin gaji kamu akan disuaikan."
"Tidak masala, Pak. Saya diterima saja sudah sangat
bersyukur. Terima kasih banyak ya, Pak." Viona berterima kasih hingga
membungkukkan badannya,
Viona pulang dengan seyuman bahagia, ia merasa senang
mendapatkan kerjaan secepat itu.
Penutup
Bagaimana? apakah anda penasaran dengan kelanjutan
ceritanya? Pasti nya ketagihan dong, baiklah mari kita lanjut membaca ke bab
selanjut nya yaitu Bab 24 Novel Pernikahan Yang Tak Dianggap
Posting Komentar untuk "Bab 23 Pernikahan Yang Tak Dianggap "