Bab 36 Pernikahan Yang Tak Dianggap
Novel berjudul Pernikahan Yang Tak Dianggap adalah sebuah novel yang bergenre romantic,comedi dan fiksi banyak orang yang dibuat ketagihan untuk membaca novel ini, novel ini sangat terkenal karena jutaan orang telah membaca novel ini dan merasa puas.
Novel ini dapat membuat guncangan emosi yang kuat bagi
pembacanya, karena di setiap alur ceritanya membuat pembaca semakin ingin tau
kelanjutan dari cerita nya.
Teman – teman pasti penasaran dengan ceritanya bukan? Pada
kali ini saya akan memperkenalkan dan memberikan novel Pernikahan Yang Tak Dianggap,
Kami yakin anda pasti akan suka dengan novel ini, mari kita simak bersama novel
berikut ini.
Novel Pernikahan Yang Tak Dianggap Bab 36
Nyonya Veronika dibawa ke salah satu ruangan rawat. Aluna,
gadis dua puluh lima tahun itu setia menemani sang mama.
"Mama," panggil Aluna saat melihat Nyonya Veronika
sadar. Aluna mendekat ke samping ranjang mamanya. "Gimana perasaan
Mama?" tanyanya.
"Mama baik, sayang. Mungkin karena mama belum sarapan
jadinya lemes," sahut Nyonya Veronika. Tangannya mengelus lembut rambut
Aluna.
![]() |
Bab 36 Pernikahan Yang Tak Dianggap |
Mama tidak tahu apa isi dalam kepala kamu, Nak. tapi Mama
harap kamu tidak terlibat dalam semua ini. batin Nyonya Veronika. Ia menatap
lekat wajah cantik putrinya.
"Dimana Viona?" tanya Veronika.
"Viona aku suruh jaga Kak Alex. Mama nggak usah pikirin
dia, lebih baik sekarang mama makan , ya. Aluna sudah belikan sarapan untuk
Mama." ucap Aluna lembut.
"Taro aja disitu, nanti mama makan. Bukannya kamu ada
mata kuliah siang ini? Pulang gih biar mama yang jaga, Kak Alex." ucap
Nyonya Veronika.
"Tapi Aluna khawatir sama, Mama." sahut Aluna.
"Mama nggak apa-apa, Sayang. Lagian, inikan di rumah
sakit, kalau pun mama kenapa-kenapa langsung bisa ditangani sama dokter,"
Nyonya Veronika berusaha meyakinkan Aluna.
"Ya udah, Aluna tinggal. Tapi Mama harus janji, kalau
ada apa-apa langsung telefon, Aluna."
"Iya, Mama janji," Nyonya Veronika tersenyum
senang, anak gadisnya selalu posesif padanya.
"Bye, Mah. Ingat telefon Aluna ya," pamit Aluna
sambil mengecup pipi mamanya.
Setelah memastikan Aluna sudah pergi jauh, Nyonya Veronika
mengambil ponselnya lalu menghubungi seseorang.
"Cepat selesaikan semua ini, saya tidak tega melihat
wajah gadis itu. Pasti dia sangat merasa bersalah karena kata-kata saya
tadi," Selesai berbicara wanita paruh baya itu langsung memutuskan
sambungan telepon.
.
.
.
Sementara di ruang rawat Alex, Viona masih setia berdiri
didepan kaca, ia terus menatap tubuh Alex yang terbaring tak sadarkan diri.
Hingga tidak ia sadari tangan Alex mulai bergerak.
Viona mengucek matanya, untuk memastikan penglihatannya, apa
ia sedang berhalusinasi Alex telah sadarkan diri? Viona merasa senang setelah memastikan
Alex benar-benar telah sadarkan diri.
Namun, senyuman itu hilang saat melihat Alex seperti meminta
tolong dan kesusahan berbicara, Viona panik dan berlari mencari dokter.
Dalam ruangan megah itu, Viona tidak tahu harus kemana
mencari dokter karena tidak ada satu dokter ataupun suster yang melewati
ruangan rawat Alex. Jika ia turun kebawa untuk memanggil dokter, maka akan
memakan waktu lama. Viona takut Alex kembali pingsang bila ditinggal sendirian.
Viona memutuskan masuk ke ruang ICU untuk mencari tombol
nurse call agar pertolongan cepat sampai ke ruangan Alex. Tak lupa Viona
mengenakan baju steril yang telah disediakan.
Belum juga menemukan tombol tersebut, Viona mendengar Alex
berucap sesuatu. Bahkan tangan pria itu telah melepas ogsigen dari mulutnya.
"A-air, air" ucap Alex dengan suara kecil.
Viona panik dan mencari air di sekitarnya, namun tidak
menemukan segelas air pun disana. Untunglah Viona selalu membawa air di dalam
tasnya.
Gadis itu mengeluarkan satu botol aqua tanggung dari dalam
tasnya, Viona pun cepat-cepat membuka tutup aqua tersebut dan membantu Alex
meminumnya.
Alex membuka matanya perlahan, samar-samar ia bisa melihat
wajah cantik Viona.
"Tolong panggilkan dokter." ucap Alex pelan.
Mendengar perkataan Alex, Viona baru menyadari tujuan
awalnya masuk dalam ruangan itu. Viona bergegas mencari tombol nurse call dan
langsung menekannya.
"Jangan pergi," ucap Alex menahan Viona yang
hendak keluar.
Viona menghentikan langkahnya, dan kembali mendekat ke
ranjang Alex. Viona mengangguk sambil tersenyum kaku.
"Kemarikan tanganmu," ucap Alex sambil mengulurkan
tangannya.
Melihat kondisi Alex yang begitu lemah, ditambah keadaan
ruangan yang begitu sepi, Viona menurut dan mengangguk pasti. Gadis itu
menyambut uluran Tangan Alex.
Tangan keduanya terus bertautan hingga dokter tiba.
Pak Dokter menatap penuh tanya pada Viona, bagaimana bisa gadis itu masuk ke
ruang ICU tanpa ijin.
"Lakukan saja tugas Anda, Dok" ucap Alex seperti
mengetahui arti tatapan dokter tersebut.
Mendengar ucapan Alex, Dokter pun mulai melakukan tugasnya.....……..(Bersambung)
Penutup
Bagaimana? apakah anda penasaran dengan kelanjutan
ceritanya? Pasti nya ketagihan dong, baiklah mari kita lanjut membaca ke bab
selanjut nya yaitu Bab 37 Novel Pernikahan Yang Tak Dianggap
Posting Komentar untuk "Bab 36 Pernikahan Yang Tak Dianggap "