Bab 84 Pernikahan Yang Tak Dianggap
Novel berjudul Pernikahan Yang Tak Dianggap adalah sebuah novel yang bergenre romantic,comedi dan fiksi banyak orang yang dibuat ketagihan untuk membaca novel ini, novel ini sangat terkenal karena jutaan orang telah membaca novel ini dan merasa puas.
Novel ini dapat membuat guncangan emosi yang kuat bagi
pembacanya, karena di setiap alur ceritanya membuat pembaca semakin ingin tau
kelanjutan dari cerita nya.
Teman – teman pasti penasaran dengan ceritanya bukan? Pada
kali ini saya akan memperkenalkan dan memberikan novel Pernikahan Yang Tak Dianggap,
Kami yakin anda pasti akan suka dengan novel ini, mari kita simak bersama novel
berikut ini.
Novel Pernikahan Yang Tak Dianggap Bab 84
![]() |
Bab 84 Pernikahan Yang Tak Dianggap |
Viona membuka pintu tangga darurat dan melangkah masuk,
ketika hendak menginjakan kakinya di tangga, Viona mendengar seperti seseorang
mengunci pintu dari luar, namun ia mengabaikan semua itu.
Viona menapaki satu persatu anak tangga tersebut. Dari
lantai tiga ke lantai delapan belas, artinya Viona harus melewati ratusan anak
tangga untuk mencapai ruangan suaminya.
Baru saja memasuki lantai keempat, Viona mulai merasa
kelelahan. Viona berhenti sejenak untuk mengambil napas dan membersihkan
keringat halus yang bermunculan di dahinya.
"Semangat sepuluh lantai lagi" ucap Viona
menyemangati dirinya saat menginjakkan kaki di tangga yang bertuliskan angka
lima.
Ketika memasuki lantai ke tujuh, Viona merasa bawa perutnya
mulai keram. Viona meringis pelan sambil memegangi bagian perutnya yang terasa
sakit.
Viona belum patah semangat, wanita hamil mudah itu masih tetap
berusaha demi memberi kejutan pada sang suami.
Hingga mencapai lantai ke sembilan, bagian bawah perutnya
semakin terasa sakit. Viona menunduk sambil memegang bagian bawah perutnya,
keringat sebesar biji jagung membasahi wajahnya.
Awwwww, Viona meringis merasakan sakit yang sungguh luar
biasa, tangan mencengkram kuat besi penahan untuk menjaga keseimbngan badan.
Tanpa ia sadari darah segar mengalir melalui kedua pahanya.
Ditengah rasa sakit dan pusingnya, Viona mengangkat roknya
dan melihat darah segar yang terus mengalir. Viona mulai panik memikirkan janin
yang ada dalam kandungannya.
Dengan sisa tenaganya, Viona berusaha naik keatas dan berjalan menuju pintu keluar.
Berkali-kali memutar handle pintu namun, pintu tersebut tak kunjung terbuka.
"To-tolong, tolong." teriak Viona sambil
memukul-mukul pintu agar seseorang membukakan pintu untuknya.
Rasa sakit, panik dan takut bercampur menjadi satu, Viona
menangis sejadi-jadinya sambil terus memukul pintu, sementara darah segar terus
mengalir membasahi lantai tempat ia berdiri.
Aksi teriak dan pukul-pukul pintu yang dilakukan Viona
akhirnya terdengar oleh seorang gadis yang kebetulan melewati tangga darurat
itu juga.
"Ada orang dibawa?" panggil gadis itu dari lantai
sebelas dan berusahan melihat kebawa.
Karena merasa penasaran, gadis tersebut berjalan menuruni
anak tangga mencari sumber suara.
Betapa kagetnya si gadis ketika melihat, seorang wanita
dalam keadaan lemah dan banyak darah di sekitarnya.
Gadis itu berlari cepat dan menolong wanita tersebut yang
ternyata adalah Viona.
"To-tolong, tolong selamatkan anakku" ucap Viona
dengan wajah penuh air mata.
"Anak?" Gadis itu tampak kaget dan melihat ke arah
perut Viona. "Kakak tenang ya, saya akan berusaha bawa Kakak keluar dari
sini." ucap gadis itu berusaha menenangkan Viona.
Viona mengangguk pelan dalam keadaan setengah sadar,
bayangan wajah bahagia Alex, Veronika dan Nenek Uti saat mengetahui
kehamilannya muncul dan memenuhi otaknya.
Apa mungkin dirinya akan kehilangan jabang bayi? Apakah
mungkin ia akan mengecewakan orang-orang itu?
Viona semakin merasa sesak memikirkan semua itu, ia terduduk
lemas sambil bersandar pada tembok.
*
*
Sementara gadis itu terus menggedor pintu, menendang dan
berteriak sekencang mungkin agar ada yang mendengar suaranya.
"Siapapun diluar sana, tolong bukakan pintu inii. Ada
seseorang yang sedang kritis disini." Gadis itu terus berucap kata yang
sama, namun tidak ada seorang pun membukakan pintu.
Dalam gedung tingga seperti itu, ruangan kecil seperti
tangga darurat sudah pasti tidak akan terdengar suaranya dari luar.
"Siall, kenapa perusahaan sebesar ini sangat minim
keamanan" Gadis itu tampak frustasi melihat kondisi Viona yang semakin
lemas.
"Ayo berpikir Nara, kamu harus bisa menyelamatkan Kakak
itu dan janinnya" batin si gadis dengan wajah gelisah.…..(Bersambung)
Penutup
Bagaimana? apakah anda penasaran dengan kelanjutan
ceritanya? Pasti nya ketagihan dong, baiklah mari kita lanjut membaca ke bab
selanjut nya yaitu Bab 85 Novel Pernikahan Yang Tak Dianggap
Posting Komentar untuk "Bab 84 Pernikahan Yang Tak Dianggap "